Jumat, 03 November 2017

Cerpen Fiksi Remaja Karya Sendiri




Teman Dalam Sunyi

Entah apa yang aku lihat, sosok indah bercahaya tak pernah ku duga dia datang tiba-tiba menyeruak kedalam dunia ku tapi entah dunia yang ku tempati ini seraya berbeda seakan aku berada didunia yang asing dunia yang tak nampak meyakinkan untuk ku pijak. Perlahan-lahan sosok itu nampak menghilang dan tak lama dari kejauhan seakan aku melihat seorang yang tengah berdiri menengok ke arah ku seraya tersenyum lepas entah senyum apa yang ia gambarkan. Aku mulai sadar aku mungkin tengah berhalusinasi didunia fantasi namun itu nampak nyata. Entah mengapa hari-hari ku berikutnya seakan seolah seperti misteri selalu menemui sosok indah bercahaya itu apa kah itu malaikat yang membawa kabar bahagia atau bahkan kabar buruk yang aku tak tahu apa?. Apakah itu sebuah teka-teki belaka, entahlah.
Gadis yang tengah beranjak dewasa hari-hari yang sebelumnya ia lalui dengan biasa-biasa saja selayaknya gadis seusianya. Sebut saja ia Pelita Embun Cahyani yang kerap disapa Embun yang mulai merasa hari-harinya aneh. Setiap kali ia merasa bermimpi bertemu dengan sosok yang tinggi seperti seorang lelaki namun ia nampak bercahaya, namun yang ia rasa sebuah mimpi ternyata itu nyata terjadi, setiap pagi ia selalu terdiam di kamarnya menanti lagi sosok itu tiba tersenyum begitu tulus kepadanya. Embun selalu merasa tenang jika ia datang dan tak pernah merasakan sebuah kesepian.
Kemudian sosok itu pun benar datang sosok yang ia tunggu-tunggu, kemarin-kemarin Embun tak pernah bicara bahkan bertanya siapa dia tapi pagi itu merupakan sebuah keberanian seorang gadis jelita yang begitu tulus ingin mengenal sosok yang tak tau entah datangnya dari mana.
“Hayy... Kamu siapa?” Melangkah mendekat ke arah sosok itu yang berdiri pas didepan sudut ruangan dekat jendela. Tak ada jawaban yang Embun dapatkan.
“Maaf apa sebenarnya yang ingin kamu sampaikan pada ku setiap kali akhir-akhir ini saat kamu datang kedalam hari-hariku.” Tambahnya
Sosok itu tak pernah mengubris yang membuat Embun semakin mendekat hingga ketukan pintu menghentikan langkahnya. Embun pun menengok ke arah ketukan itu yang berulang kali ia dengar. Saat pintu terbuka tenyata itu mamanya sendiri.
“Mama kenapa ngetuk pintu berulang kali?”
“Mama hanya merasa aneh dari tadi kamu tidak pernah keluar dari kamar.”
“Enggak emm... ituu annuu apa sihh aku kecapean ma, tadi malam banyak tugas jadi ketiduran dan ternyata udah pagi tapi masih ngantuk.”
“Tapi mama enggak yakin kamu kelihatan gugup apa yang sedang kamu fikirkan? atau jangan-jangan ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari mama.” Ucapnya melangkah ingin memasuki kamar anaknya itu
“Enggak ko ma.” Ucap Embun dengan cepat menghadang mamanya.
“Kamu kenapa sih, mama cuman pengen bersihin kamar kamu pasti masih berantakan.”
“Udah ma nanti Embun yang bersihin Embun kan udah besar.”
“Yaudah tapi mama pengen masuk mama penasaran kaya ada yang kamu sembunyikan.” Ucapnya masuk kekamar dan tidak memperdulihkan ocehan anaknya.
“Maa...mama enggak ada apa-apa.” Ucapnya ikut masuk.
Saat mereka sudah diruangan mama embun langsung menuju kearah jendela membuka tirai yang masih tertutup dengan anggun. Sedangkan Embun tak ingin melihat apa yang telah dilakukan oleh mamanya ia malah menutup mata seakan mamanya menemukan sosok itu.
“Pliss... jangan sekarang.” Ucapnya membatin.
“Kamu kenapa kok tutup mata.”
“Emm... Enggak tadi kelilipan iya kelilipan.” Ucapnya seraya membuka mata.
“Yah sudah kamu beresin kamar kamu tu berantakan banget kaya kandang sapi.”
“Ihhh mama iya tapi enggak usah ngeledekin.”
“Hahaha siapa yang ngeledek memang berantakan.” Ucap mama Embun lalu keluar dari kamar.
“Huufff... untung aja.” Ucapnya menarik napas panjang.
“Tapi dia kemana?” Ucapnya terheran-heran.


Saat yang membuat Embun kembali bertanya-tanya apa maksud kehadiran sosok yang tak pernah sepatah kata pun mengungkapkan sesuatu kepadanya itu. Tapi hari-harinya yang sepi sunyi seakan menjadi sesuatu yang berbeda tatkala ada yang menemaninya di dalam kesepian sebab Embun sebenarnya merupakan gadis pendiam yang jarang bergaul bahkan baerbaur dengan teman sekolahnya. Kadang banyak yang menganggap bahwa dirinya itu tidak waras apa lagi semenjak kedatangan sosok itu ia kadang bicara sendiri seperti orang aneh selalu menyendiri dikamar dan bahkan mamanya saja biasa merasa ada perubahan yang aneh tengah menimpah anaknya itu.
Siska teman sekolah Embun yang sangat sering membully bahkan celalu menjahilinya dengan berbagai hal yang meresahkan Embun. Tapi semenjak sosok bercahaya itu selalu datang ia seakan mendapatkan kekuatan menjadi seseorang yang lebih kuat dan lebih tegar bahkan ia sudah bisa melawan semua kejahilan yang dilakukan siska. Mungkin dengan adanya sosok itu yang Embun rasakan adalah sosok yang dikirimkan tuhan sebagai penyemangat bahwa ia tak boleh menjadi anak yang lemah bahkan penakut.
Pada suatu ketika Embun yang sedang beristirahat ditaman saat jam istirahat hampir selesai ia pun memutuskan untuk kembali ke kelas saat sudah berada dikelas ia pun menuju kebangkunya yang berada dibarisan kedua kursi bagian tengah. Namun saat ia ingin duduk tiba-tiba sosok itu kembali muncul dan membuat Embun merasa ada yang ingin kembali ia sampaikan walau ia tak pernah mengatakan apa-apa. Embun pun pergi mengikuti sosok itu saat sudah hampir sampai dilapangan sosok itu seakan menghilang mengikuti angin yang berhembus hanya bisa dirasakan namun tak nampak ia dimana.
Embun pun memutuskan untuk kembali ke kelas saat dikelas teman-temanya sudah ramai namun Embun heran sebab entah apa yang membuat teman-temannya berkerumung yang membuatnya lebih tambah heran yaitu teman-temannya berkerumung bangku tempatnya duduk dikelas. Embun pun kearah bangkunya, ikut berbaur dengan temannya yang entah apa yang sedang mereka saksikan.
“Ada apa ini?” Ucapnya saat sudah sampai di depan kursinya.
“Ini siska ketahuan kasi lem dikursi kamu.” Ucap salah satu murid
“Tapi yang kena ranti.” Ucap murid yang satunya lagi. Ranti merupakan teman segeng Siska yang sedikit lemot atau kadang pikirannya terlalu polos.
“Kok bisa.” Ucap Embun heran.
“Gini tadi aku disuruh sama Siska buat ngecek kamu udah kena jebakan apa enggak, ehh kamu malah enggak masuk kelas.”
“Terus aku capek nunggu kamu jadinya aku duduk tapi akunya salah duduk malah duduk dibangku kamu yang udah dikasi lem sama Siska tapi lebih tepatnya aku lupa kalau itu kursi kamu hehehe.”
Semua orang yang mendengar penjelasan Ranti tertawa bahkan Embun juga ikut tertawa, Namun ia juga kasihan dengan Ranti. Embun pun membantu Ranti yang sedari tadi sudah tak bisa berdiri karena lemnya begitu melekat.
Tak lama pun akhirnya Ranti terbebas dari kondisi yang dari tadi menyiksanya. Ranti pun meminta maaf kepada Embun atas semua perlakuanya dari dulu ia sangat menyesal telah menuruti semua perkataan siska. Sedangkan siska pun dihukum atas kejahilanya itu ia dihukum satu bulan membersihkan toilet karena banyaknya kenakalan-kenakalan yang ia lakukan kepada teman-temannya bukan hanya Embun namun banyak sekelasnya juga yang sering ia Bully.
Semenjak kejadian itu Embun mulai sadar ternyata kehadiran sosok yang selalu datang diwaktu yang tak terduga merupakan pertanda bahwa Allah telah mengirimkan malaikat yang begitu baik menjaga bahkan menghibur ditengah kesedihanya walau ia tak pernah bercerita bahkan mengucapkan satu kata pun hanya dengan senyum yang tulus namun senyum itu mampu membuat Embun kembali semangat. Itulah mengapa Embun sangat bersyukur atas kehadiran sosok yang sangat misterius itu.
Embun sadar bahwa Allah swt memang selalu bersama hambanya yang sabar dan selalu ada saat hambanya mebutuhkan. Allah swt selalu memberikan bantuan baik perantara yang terlihat nyata bahkan yang tak nyata sekali pun. Mungkin begitulah yang dirasakan Embun, ia pun mulai nyaman dengan kehadiran sosok itu yang sekarang telah ia anggap sebagai Teman Dalam Kesunyiannya.


#Tamat#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar