Kamis, 28 Maret 2019

Makalah Fonologi | Pola Struktural Fonemik Satuan Lingual


BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa atau language merupakan produksi dari alat-alat bicara manusia (Organ of speech) diguanakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan `berinteraksi. Bahasa mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan ini. Bloomfield berkata language plays agreat part in our live (1935:3). Fakta menunjukkan bahwa manusia dapat saja menggunakan alat komunikasi lain selain bahasa. Namun, bahasa verbal tetap merupakan alat komunikasi yang paling baik dan sempurna.
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berarti ‘bunyi’ dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Bila kita mendengar suara orang berbicara entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi-bunyi bahasa yang terus menerus (Abdul Chaer, 2013: 1).
Secara populer orang sering menyatakan bahwa fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang huruf, atau ilmu yang menjadikan huruf sebagai objek kajian. Ada beberapa buku yang mungkin rumusannya agak berbeda tetapi bahwa bahasa menjadi kajian, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi.
           
          Oleh sebab itu, studi atau kajian struktural fonemik sangat penting karena dapat memberikan pemahaman mengenai bahasa itu sebagai satu-satunya alat komunikasi yang paling baik dan sempurna. Kajian bahasa ada yang bersifat mikro/ mikrolinguistik dan ada yang bersifat makro/ makrolinguistik, dengan kata lain ada kajian bahasa secara internal dan kajian bahasa eksternal.
           
BAB II
Pola Struktural Fonemik Satuan Lingual

A.     Pengertian Fonemik
Fonemik adalah kajian atau analisa bunyi bahasa dengan memperhatikan status-Nya sebagai pembeda makna. Bunyi bahasa yang diucapkan oleh manusia akan memiliki pembeda makna pada setiap bunyi bahasa-Nya (Abdul Chaer, 2013: 62).
Ada beberapa pengertian fonemik menurut para ahli diantaranya, Menurut Verhaar, Fonemik adalah bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu menurut fungsinya untuk membedakan leksikal dalam bahasa (Verhaar, 1982: 36). Sedangkan menurut Abdul Chaer, Fonemik adalah cabang kajian fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna (Abdul Chaer, 2013: 62).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bunyi-bunyi dalam bahasa dapat membedakan makna dan pengucapan bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut berfungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak.
Dalam bahasa indonesia fonemik (i) setidak-Nya mempunyai empat dua alofon, yaitu : Bunyi (i) seperti dalam kata cita, bunyi (i) seperti pada kata tarik, bunyi (i) seperti kata ingkar, dan bunyi (i) seperti kata kali.
Fonem-fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai segmentasi terhadap arus ujaran disebut fomen segmental. Sebalik-Nya fonem yang berupa unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.

Unsur suprasegmental tampak-Nya tidak fonemik maupun morfemis; namun, intonasi mempunyai peranan pada tingkat sintaksis. Umpama-Nya kalimat dia membaca komik dengan tekanan pada kata dia berarti yang membaca bukan orang lain, dengan tekanan pada kata membaca berarti dia bukan menulis atau menjual komik, dan dengan tekanan pada kata komik berarti yang dibaca bukan koran (Abdul Chaer, 2013: 68).
Fonem-fonem dalam bahasa indonesia :
1.      Fonem Vokal
Fonem vokal adalah yang dihasilkan udara yang keluar dari paru-paru dengan tidak mendapatkan hambatan. Jenis vokal ditentukan oleh posisi bibir, tinggi rendah-Nya lisah dan maju mundur-Nya lidah (Abdul Chaer, 2013: 68). Contoh-Nya :
a.       /a/ vokal depan, rendah, tak bundar.
b.      /i/ vokal depan, tinggi, tak bundar.
c.       /u/ vokal belakang, atas, bundar.
d.      /e/ vokal depan, sedang, atas, tak bundar.
e.       /o/ vokal belakang, sedang, bundar.
( Abdul Chaer, 2013: 39) Bunyi-bunyi vokal dapat diklasifikasikan menurut :
a.       Tinggi rendahnya posisi lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:
1)     Vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u];
2)     Vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [U];
3)     Vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o];
4)     Vokal sedang bawah, seperti bunyi [ɛ] dan [⊃];
5)     Vokal sedang tengah, seperti bunyi [∂];
6)     Vokal rendah, seperti bunyi [a];
b.      Maju mundurnya lidah
Berdasarkan maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas:
1)     Vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a];
2)     Vokal tengah, seperti bunyi [∂];
3)     Vokal belakang, seperti bunyi [u] dan [o];
c.       Striktur
Striktur pada bunyi vokal adalh jarak antara lidah dengan langit-langit keras (palatum). Maka berdasarkan strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan menjadi: (Abdul Chaer: 2013: 41)
1)     Vokal tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit, seperti bunyi [i] dan bunyi [u];
2)     Vokal semi tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga dibawah vokal tertutup, seperti bunyi [e], bunyi [∂], dan bunyi [o];
3)     Vokal semi terbuka, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga diatas vokal yang paling rendah, seperti bunyi [ɛ] dan [⊃];
4)     Vokal terbuka, yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungkin, seperti bunyi [a];

d.      Bentuk mulut
Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan: (Abdul Chaer: 2013: 41)
1)     Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar. Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [⊃], dan yang bundar tertutup seperti bunyi [o] dan bunyi [u];
2)     Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tak membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi [ɛ];
3)     Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a];
Berdasarkan empat kriteria yang dibicarakan tersebut, maka nama-nama vokal dapat disebutkan sebagai berikut: ( Abdul Chaer, 2013: 42)
[i] adalah vokal depan, tinggi (atas), tak bundar, tertutup.
[I] adalah vokal depan, tinggi (bawah), tak bundar, tertutup.
[u] adalah vokal belakang, tinggi (atas), bundar, tertutup.
[U] adalah vokal belakang, tinggi (bawah), bundar, tertutup.
[e] adalah vokal depan, sedang (atas), tak bundar, semi tertutup.
[ɛ] adalah vokal depan, sedang (bawah), tak bundar, semi terbuka.
[∂] adalah, vokal tengah, sedang, tak bundar, semi tertutup.
[o] adalah vokal belakang, sedang (atas), bundar, semi tertutup
[⊃] adalah vokal belakang, sedang (bawah), bundar, semi terbuka.
[a] adalah vokal belakang, rendah, netral, terbuka.
2.      Fonem Diftong
Fonem diftong adalah diftong/ay,diftong/aw/, dan diftong/oy/. Ketiga-Nya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal (Abdul Chaer, 2013: 69). Diftong naik, terjadi jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi dari pada yang pertama Contoh-Nya :
a.       /ay/ gulai x gula (gulay x gula). Diftong /aw/ dapat menduduki posisi awal dan posisi akhir, seperti tampak pada contoh : aula [awla] dan pulau [pulaw]. Tidak dapat menduduki posisi tengah;
b.      /aw/ pulau x pula (pulaw x pula). Diftong /ay/ hanya menduduki posisi akhir, seperti pada kata [pantay] dan [landay]. Tidak dapat menduduki posisi awal dan posisi tengah;
c.       /oi/ sekoi x seka (sakoi x seka). Diftong /oy/ hanya menduduki posisi akhir, seperti tampak pada kata [sakoy] dan [amboy]. Tidak menduduki posisi awal dan posisi tengah;
3.      Fonem Konsonan
Fonem konsonan adalah bunyi yang timbul akibat udara yang keluar dari paru-paru melalui rongga mulut atau rongga hidung (Abdul Chaer, 2013: 70).
Nama-nama fonem konsonan bahasa indonesia adalah :
a        /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara;
b        /p/ konsonan bilabial, hambat, tak bersuara;
c         /m/ konsonan bilabial, nasal;
d        /w/ konsonan bilabial, semi vokal;
e        /f/ konsonan labiodental, geseran, tak bersuara;
f          /d/ konsonan apikoalveolar, hambat, bersuara;
g        /t/ konsonan apikoalveolar, hambat, tak bersuara;
h        /n/ konsonan apikoalveolar, nasal;
i          /  / konsonan apikoalveolar, sampingan;
j          /r/ konsonan apikoalvolaer, getar;
k        /z/ konsonan laminoalvolar, geram, bersuara;
l          /s/ konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara;
m      /ʃ/ konsonan laminopalatal, geseran, bersuara;
n        /ñ/ konsonan laminopalatal, nasal;
o        /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara;
p        /c/ konsonan aminopalatal, paduan, tak bersuara;
q        /y/ konsonan laminopalatal, semo vokal;
r         /g/ konsonan dorsovelar, hambat, bersuara;
s         /k/ konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara;
t          /ᶇ/ konsonan dorsovelar, nasal;
u        /x/ konsonan dorsovelar, geseran, bersuara;
v        /h/ konsonan laringal, geseran bersuara;
w      /?/ konsonan glotal, hambat;

B.     Pola Struktural Fonemik

Satuan kebahasaan berkaitan dengan bentuk dan makna. Bentuk satuan kebahasaan berupa deret bunyi bahasa. Bentuk tersebut bersifat acak atau arbitrer. Sementara itu makna suatu satuan kebahasaan bersifat linier atau tetap. Misalnya untuk mengungkapkan makna ‘lembaran-lembaran kertas yang terjilid, dapat berisi tulisan atau kosong’ dapat digunakan bentuk buku atau bisa juga dengan bentuk book atau bentuk lain dari berbagai bahasa.
Makna di atas bersifat tetap tetapi bentuk untuk mengungkapkan makna tersebut acak atau tidak tetap. Satuan kebahasaan tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu satuan kebahasaan yang belum memiliki makna atau satuan fonologis dan satuan kebahasaan yang yang bermakna atau satuan gramatikal. Yang termasuk satuan fonologis adalah fona atau bunyi, fonem, dan silabel atau suku kata.

                     1.         Fona
Fona adalah bunyi bahasa yang terdiri atas bunyi vokal dan bunyi konsonan ( Harimurti Kridalaksana, 2008: 62). Simbol atau lambang bunyi bahasa adalah huruf. Dalam Bahasa Indonesia terdapat 26 huruf dimulai dengan huruf a s.d. huruf z. Fon dapat dikatakan pula bunyi bahasa (bahasa Inggris: speech sound) atau fon adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Dalam fonologi, bunyi bahasa diamati sebagai fonem.
Fona merupakan satuan bahasa yang bersifat konkret. Fon itu dapat didengar dan dapat diucapkan. Karena itu, di samping fon, digunakan juga istilah bunyi. Kata kain dalam bahasa Indonesia misalnya, merupakan kata yang mengandung empat fon, yakni (k), (a), (i), dan (n), jika fon-fon itu diidentifikasi secara analitis.
Perlu diperhatikan bahwa fon berbeda dengan huruf. Fon adalah bunyi, sedangkan huruf adalah symbol grafis bunyi. Jumlah fon dan jumlah huruf tidak selalu paralel. Kata senyampang dalam bahasa Indonesia mengandung tujuh fon, yakni (s), (e), (n), (a), (m), (p), dan (n). Akan tetapi, kata tersebut bahwa fon tidak identik dengan bunyi. Memang ada kata yang jumlah fonnya sama dengan huruf yang terdapat pada kata itu, seperti yang tampak pada kata itu. Akan tetapi, secara prinsip fon adalah maujud yang berbeda dengan huruf.
Fona atau bunyi bahasa adalah satuan bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia dan diamati dalam fonetik sebagai fon atau dalam fonologi fonem. Ada dua jenis bunyi bahasa yaitu vokoid yaitu bunyi yang dihasilkan dengan arus udara yang tidak mengalami rintangan. Fon adalah realisasi dari fonem (parole), atau bunyi yang diartikulasikan (diucapkan) misalnya {lari}.
                     2.         Fonem
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Misalnya dalam Bahasa Indonesia /h/ adalah fonem, karena membedakan makan kata harus dan arus; /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda karena bapa dan papa berbeda maknanya. Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung beberapa faktor, terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. Salah satu cara menentukan sebuah fonem dalam sebuah sistem bahasa adalah dengan pasangan minimal (Harimurti Kridalaksana, 2008: 62).
Pasangan minimal adalah dua buah kata yang memiliki satu bunyi yang berbeda. Misalnya kata tali dan tari. Dalam kedua kata tersebut terapat dua bunyi berbeda yaitu [l] dan [r]. Dengan demikian bunyi [l] dan [r] dalam bahasa Indonesia adalah fonem.
Misalnya [a], [i], [e], dsb. Jenis yang kedua adalah kontoid yaitu bunyi yang dihasilkan dengan arus udara yang mengalami rintangan atau hambatan. Misalnya [p], [r], [t], dsb .
Fonem merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat abstrak dan mampu menunjukkan kontras makna atau abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan (Harimurti Kridalaksana, 2008: 62). Karena bersifat abstrak, fonem bukanlah satuan bahasa yang tidak nyata, bukan maujud yang dapat diindera. Dalam kata rokok, misalnya, terdapat empat fon, tetapi empat fon itu sebenarnya merupakan realisasi tiga fonem, yakni /r/, /o/, dan /k/. Dalam kata itu pula terdapat bunyi (k) yang sebenarnya merupakan realisasi fonem /o/. Hanya karena lingkungan berdistribusinya, fonem /o/ itu direalisasikan menjadi (k).
Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem. Namun, intinya adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah dikemukakan oleh berbagai pakar. Namun, intinya adalah kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang disebut pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita inginmengetahui bunyi [p] fonem atau bukan, maka kita cari, misalnya pasangan kata paku dan baku. Kedua kata ini mirip sekali. Masing-masing terdiri dari empat bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [p], [a], [k], dan [u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b], [a], [k], dan [u]. jadi, pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku dan bunyi [b] pada kata baku.
Dengan demikian, kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi [p] dalam bahasa Indonesia adalah sebuah fonem. Mengapa? Karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [b], maka maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
Apakah bunyi [b] pada pada pasangan kata paku dan baku itu juga sebuah fonem? Dengan sendirinya, bunyi [b] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [p] atau bunyi [I] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.
Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah
fonem atau bukan dapat juga digunakan pasangan minimal yang salah satu angotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah fonem atu bukan kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya memiliki tiga  buah bunyi. Maka, kalau bunyi [h] itu ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah fonem [h].
Susunan Fonem Jumlah Fonem Susunan Huruf Jumlah Huruf Kata yang terbentuk
/adik/ 4 adik 4 adik
/inat/ 4 ingat 5 ingat
/nani/ 4 nyanyi 6 nyanyi
/pantay/ 6 pantai 6 pantai

32 Fonem resmi bahasa Indonesia :
a.       6 buah fonem vokal : /a/, /i/, /u/, /e/,/o/, /?/.
b.      buah fonem diftong : /oy/, /ay/, dan /ou/.
c.       23 buah fonem konsonan : /p/, /b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /c/, /j/, /n/, /k/, /g/, /n/, /y/, /r/, /l/, /w/, /s/, /s/, /t/, /f/, /h/, /x/, dan /?/.
Selanjutnya, fonem-fonem ini akan membentuk satuan, yaitu saku kata. Suku kata dapat diidentifikasi dengan jalan mengidentifikasi vokalnya karena fonem vokal merupakan puncak sonoritas (kenyaringan).
Bentuk Fonem
Struktur Suku Kata
a.       KVKKK Korps;
b.      KKVKK Pleks , pada kata kompleks;
c.       KKKVK Struk, pada kata struktur;
d.      KKKV Stra, pada kata strategi;
e.       KVKK Teks, pada kata tekstil;
f.        KKVK Spon, p`da kata spontan;
g.       KKV Gra, pada kata granat;
h.      KV Ku, Di, Ti, dll;
i.         VK il, in pada kata ilmu-indah;
j.         V I, a, o, u, e;
                     3.         Silabel
Silabel atau suku kata itu adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal, atau satu vokal dan satu konsonan atau lebih. Silabel sebagai satuan ritmis mempunyai puncak kenyaringan atau sonoritas yang bisanya jatuh pada sebuah vokal. Kenyaringan atau sonoritas, ynag menjadi puncak silabel, terjadi karena adanya ruang resonansi berupa rongga mulut, rongga hidung, atau rongga-rongga lain, didalam kepala dan dada (Abdul Chaer, 2014: 123).
Dalam kamus linguistik, silabel atau suku kata dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu sudut fisiologi, artikulasi, dan fonologi. Dari sudut fisiologi, suku kata adalah ujaran yang terjadi dalam satu denyut yakni pada satu penegasan otot pada waktu penghembusan udara dari paru-paru. Dari sudut artikulasi, silabel adalah regangan ujaran yang terjadi dari satu puncak kenyaringan di antara dua unsur yang tak berkenyaringan.
Dari sudut fonologi silabel adalah struktur yang terjadi dari satu fonem atau urutan fonem bersama dengan ciri lain seperti kepanjangan atau tekanan (Harimurti Kridalaksana, 2008: 221). Contoh silabel:
Kata kaki berasal dari suku kata ka- dan -ki.
Kata tangan berasal dari suku kata ta- dan -ngan.
Kata makan berasal dari suku kata ma- dan –kan tetapi.
Kata makanan berasal dari suku kata ma- ka- dan –nan.

                     4.         Grafem (grapheme)
Grafem adalah satuan terkecil yang distingtif dalam suatu sistem aksara (Harimurti kridalaksana, 2008: 73). Lambang huruf, grafem merujuk ke huruf atau gabungan huruf sebagai atuan pelambang fonem di dalam satu ejaan. Contoh : kata tanggal terdiri dari tujuh huruf, yaitu t-a-n-g-g-a-l, tetapi grafemnya hanya enam, yaitu <t>, <a>, <ng>, <g>, <a>, <l>.
Mengingat grafem itu adalah pelambangan dari fonem maka unsur-unsur segmental dan suprasegmental fonem itu pun akan terlihat dalam grafem. Unsur-unsur itu secara keseluruhan adalah vokal, konsonan, nada, dan jeda. Maka grafemnya akan sesuai penulisannya seperti bunyi yang dihasilkan oleh fonem. Contoh fonem vokal /a/ maka grafemnya adalah <a> (Abdul Chaer, 2014: 137).


































BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas kami dapat menyimpulkan pengertian fonemik yaitu Fonemik adalah kajian atau analisa bunyi bahasa dengan memperhatikan status-Nya sebagai pembeda makna. Bunyi bahasa yang diucapkan oleh manusia akan memiliki pembeda makna pada setiap bunyi bahasa-Nya.
Selain itu kita juga dapat menyimpulkan struktur satuan bahasa mulai dari Fon, Fonem, Silabel, dan Grafem. Yang masing-masing mempunyai  arti dan penjelasan yang berbeda-beda satu sama lain.
B.     Saran
Bahasa yang baik adalah bahasa yang dapat digunakan sesuai kaidah kebahasaan. Maka dari itu kita harus mematuhi kaidah bahasa dengan baik supaya kita dapat menggunakan bahasa yang baik dengan benar.












Daftar Pustaka


Chaer Abdul. 2014. Linguistik Umum (edisi 4). Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer Abdul. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Kridalaksana Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta:  Gramedia
Pustaka Utama
Kridalaksana Harimurti, 2008. Kamus Linguistik (Edisi 4). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar