Senin, 28 Januari 2019

Istilah-istilah dalam kajian fonologi dan contoh dari morfofonemik | fonologi | Makalah dan Tugas


Istilah- istilah Dalam Kajian Fonologi dan Contoh dari Morfofonemik
Oleh



Nama          : MILA AMALYA MUNIR
Nim             : 105331114216
Kelas          :  BI/D

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
November , 2016




PEMBAHASAN
A.     Istilah-istilah yang digunakan dalam kajian fonologi
1.      Abjad (alphabet)
Kumpulan tanda tulisan, disebut huruf, yang masing-masing menggambarkan satu bunyi atau lebih, dan  biasanya mempunyai urutan tetap. Contoh : A-Z
2.      Abjad fonetis (phonetic alphabet)
Abjad yang dipakai dalam transkripsi fonetis. Misalnya abjad ipa
3.      Ablaut kantitatif (quantitative vowel gradation)
Ablaut yang menyangkut penghilangan, pemendekan, atau pemanjangan vokal. Misalnya  L. pater (nominatif) menjadi patris (genitif).
4.      Abstrak (abstract)
Secara fisik tidak berwujud. Misalnya cinta adalah nomina abstrak.
5.      Adverbia (adverb)
Ata yang dipakai untuk memerikan verba, ajektiva, proposisi, atau adverbia lain.
Contoh : sangat, lebih, tidak, dsb.
6.      Adverbia ekstraklausal
Adverbial secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan secara semantik mengungkapkan perihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan. Misalnya barangkali, bukan, justru, memang, mungkin.
7.      Adverbia intraklausal
Adverbia yang berkonstruksi dengan verba ajektiva, numeralia, atau adverbia  lain. Misalnya alangkah, agak, amat sangat.
8.      Aferesis (aphaeresis)
Penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah ujaran. Missal selamat pagi! Menjadi pagi!
9.      Afrikat (affricate)
Bunyi hambat dengan penglepas frikatif. Misalnya bunyi pertama pada cakap.
10.  Bagian kalimat (sentence part)
Kategori sintasis yang membentuk konstituen kalimat. Misalnya subyek, predikat, obyek, dsb.
11.  Bahasa akusatif (accusative language)
Tipe bahasa yang mempunyai penanda eksplisit untuk obyek langsung. Misalnya bahasa inggris yang mempunyai kalimat seperti they killed him, kata him adalah bentuk akusatif dari kata he.
12.  Bahasa berprefiks (prefixing language)
Tipe bahasa yang mengungkapkan hubungan gramatikal dengan penambahan prefiks pada alas atau dasar. Misalnya bahasa bantu.
13.  Bahasa bersufiks (suffixing language)
Tipe bahasa yang mengungkapkan hubungan gramatikaldengan sufiks. Misalnya bahasa latin, bahasa algonkin, dsb.
14.  Bahasa campuran (mixed language)
Alat komunikasi yang terjadi karena pertukaran secara intensif unsur-unsur dari dua bahasa atau lebih. Contoh bahasa campuran ialah pijin dan kreol.
15.  Bahasa madya (meso-language)
Bahasa purba dari suatu kelompok dalam suatu keluarga bahasa yang mempunyai satu bahasa purba bersama. Misalnya:   
Bahasa pAC adalah bahasa madya, demikian pula bahasa pDF. Bahasa pAF adalah bahasa purba bersama.
16. Ciri intralinguistik (intralinguistic feature)
Cirri yang menjadi perhatian utama linguistik. Misalnya cirri pembeda dari satuan fonologis atau cirri makna.
17.  Dasar (base)
Morfem yang dapat diperluas dengan dibubuhi afiks. Misalnya juang dalam berjuang, bandingkan dengan pangkal (stem).
18.  De-ajektival (de-adjectival)
Berasal atau dibentuk dari ajektiva. Misalnya kata pemalu berasal dari malu.
19.  Dasar terikat (bound stem)
Morfem terikat yang bukan afiks, yang dapat berdiri sebagai kata hanya bila bergabung dengan morfem lain. Misalnya bahasa Indonesia juang, temu, dsb.
20.  Demonstrativa (demonstrative)
Kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai secara khusus orang atau benda. misalnya ini, itu.

B.     Contoh dari morfofonemik
1.     PROSES PERUBAHAN FONEM
Perubahan bunyi akan terjadi pada :
a. Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai oleh fonem atau bunyi /d/ dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/.

meN- + datang
meN- + survai
peN- + damar
peN- + supply
→ mendatang
→ mensurvei
→ pendamar
→ pensupply
b. Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /m/. Misalnya :
meN- + buru
meN- + fitnah
peM- + buang
peM- + fitnah
→ memburu
→ memfitnah
→ pembuang
→ pemfitnah
c. Pertemuan morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, j/, maka fonem /N/ akan berubeh menadi /n/. Misalnya :
meN- + cakar
meN- + jajal
peN- + ceramah
peN- + jamu
→ mencakar
→ menjajal
→ penceramah
→ penjamu
d. Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi awal /g, h, x/ dan voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/. Misalnya :
meN- + garap
meN- + hasut
meN- + khayal
meN- + ambil
meN- + intip
meN- + ukur
meN- + ekor
meN- + orbit
peN- + garis
peN- + harum
peN- + khianat
peN- + angkat
peN- + isap
peN- + umpat
peN- + olah
→ menggarap
→ menghasut
→ mengkhayal
→ mengambil
→ mengintip
→ mengukur
→ mengekor
→ mengorbit
→ penggaris
→ pengharum
→ pengkhianat
→ pengangkat
→ pengisap
→ pengumpat
→ pengolah
e. Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanya terjadi pada bentuk dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”.
                  Perhatikanlah :
ber- + ajar
per- + ajar
→ belajar
→ pelajar
f. Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/ menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/. Misalnya :
duduk /dudu?/ + ke-an
bedak /beda?/ + -i
→ kedudukan
→ bedaki
2.     PROSES PENAMBAHAN FONEM
Proses penambahan bunyi terjadi pada :
a. Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya fonem atau bunyi /?/ bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/. Misalnya :
-an + sapa
ke-an + sama
per-an + kata
→ sapaan
→ kesamaan
→ perkataan
Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan diakhiri oleh vokal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan penambahan bunyi. Contoh :
peN-an + tanda
peN-an + padu
peN-an + kaji
peN-an + sampai
 → penandaan
→ pemaduan
→ pengajian
→ penyampaian

b. Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/. Misalnya :
-an + hari
ke-an + serasi
per-an + api
→ harian
→ keserasian
→ perapian
c. Pertemuan antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang berkhir dengan fonem /u, o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/. Misalnya :
-an + jamu
ke-an + lucu
per-an + sekutu
-an + kilo
ke-an + loyo
per-an + toko
→ jamuan
→ kelucuan
→ persekutuan
→ kiloan
→ keloy
→ pertokoan
3.     PROSES PENANGGALAN FONEM
Proses penanggalan atau penghilangan bunyi dapat terjadi atas :
a. Bunyi /N/ pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem tersebut dengan bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan nasal. Misalnya :


meN- + ramu
meN- + lucu
meN- + yakini
meN- + wangi
meN- + nyanyi
meN- + minyak
meN- + ngeong
meN- + nanti
peN- + rusak
peN- + lacak
peN- + yakin
peN- + wajib
peN- + nyala
peN- + mabuk
peN- + nanti
→ meramu
→ melucu
→ meyakini
→ mewangi
→ menyanyi
→ meminyak
→ mengeong
→ menanti
→ perusak
→ pelacak
→ peyakin
→ pewajib
→ penyala
→ pemabuk
→ penanti

b. Fonem /r/ pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau berfonem awal /r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/. Misalnya :
ber- + rambut
ber- + serta
ber- + kerja
ter- + rasa
ter- + rayu
per- + ramal
per- + ramai
per- + serta
→ berambut
→ beserta
→ bekerja
→ terasa
→ terayu
→ peramal
→ peramai
→ peserta





Daftar Pustaka
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus linguistik. Jakarta: gramedia pustaka utama.
donni040189.blogspot.co.id.2010.pengertian-morfologi-dan-morfofonemik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar