Senin, 23 Oktober 2017

Karya Puisi Sendiri




APA SALAH HUJAN
Mendung datang tiba-tiba
Seakan ingin menurunkan isi perutnya
Banyak langkah tergesah-gesah
Panik, Seakan takut terkena air hujan

Hujan membuat tubuh-tubuh menghindar
Mencari tempat yang meneduhkan
Agar tak terkena sepercik pun hujan
Apakah salah hujan?

Ia pun sama diciptakan oleh Tuhan
Bahkan lewat hujan air pun didapatkan
Tapi masih saja kalian takut
Bahkan berlarian saat ia tiba

Mestinya kalian bersyukur
Sebab adanya hujan
Air sumber kehidupan
Akan melimpah ruah

Untuk apa harus takut dengan hujan
Bukan kah banyak manfaat hujan
Tak perlu mengabaikannya
Namun cukup kalian mensyukurinya

(23 Oktober 2017)


SANG PENANTANG HIDUP

Dia-lah seorang yang tegar
Bagai karang dihempas deru ombak
Tak goyah dan tak gentar
Terus berjuang walau apapun menghadang

Dibenaknya hanya ada mereka
Orang yang sangat ia cinta
Yakni keluarga seutuhnya
Dialah tulang punggung keluarga

Tak pernah lelah mencari nafkah
Walau banyak terpaan masalah
Namun dia tak pernah mengalah
Walau hidup tak selalu memberi dukungan

Namun dia tetap menantang
Sebab dia-lah sang penantang hidup
Yang keras bagai baja
Tapi halus bagai sutra

Untuk menghidupi keluarganya tercinta….

Makassar, 12 November 2017

(Untuk Ayah Sang Juara)

Buat kalian yang takut akan hujan, apa yang membuat kalian takut? bukan kah hujan itu indah bahkan doa-doa dijabah saat hujan tiba. Saya hanya ingin membuat kalian bersyukur sebab adanya hujan. Buat yang suka baca puisiku komentar tanggapan atau pun pendapat-pendapat kalian saya terima dan semoga bisa lebih memotivasi. Terima Kasih

Cerpen Remaja Fiksi Singkat




KETIDAK MUNGKINAN YANG MEMUNGKINKAN

Saat matahari tengah teriknya seorang gadis sedang menikmati tidur siangnya didalam kamar yang tampak sunyi dan hanya dia seorang diri namun entah apa yang membangunkan tidur ternyamannya itu yang bisa dikatakan sangat lelapnya. Namun ia masih enggan untuk beranjak dari tempat ternyamannya itu sebuah kasur empuk dengan seprei bermotif bunga sakura yang jika diartikan kedalam bahasa indonesia yang berarti “Mekar”. Tak lama sebuah suara terdengar dari luar seolah memanggil gadis itu untuk bangun. “fanni....fanni...”. Suara itu memanggil, yah Fanni Syah Klaudia nama gadis itu. Dengan penasaran fanni menuju ke arah jendela mengamati arah luar suara yang tadi menyebut bahkan memanggil-manggil namanya itu.
Fanni yang kemudian keluar menemui pemilik suara yang tak henti-hentinya memanggil-manggil namanya itu. Ia pun sudah berada diluar tepat didepan pintu rumahnya untuk menemui sepasang bola mata yang tak asing baginya.
“wehh lama banget sih?”.
“luhh ganggu aja tau nggak orang lagi tidur siang”.
“udah gih aku mau masuk”. Ucap cewek yang telah menggangu kenyamanan tidur fanni itu, ia langsung masuk kedalam rumah tanpa dipersilahkan serasa ia dan fanni begitu dekat.
Fanni dan cewek itu memang sangat dekat mereka berteman sudah sejak lama dari kecil dan bahkan didalam kandungan mereka sudah punya ikatan persahabatan yang begitu kuat sebab mereka berdua sama-sama lahir dihari yang sama namun fanni lahir saat senja menampakkan diri pada sore hari yang begitu damai sedangkan cewek yang bernama Nara Safitri yang lebih akrab disapa Nara lahir pada pertengahan malam sunyi.
Ikatan yang terjalin diantara mereka berdua sudah sangat erat dan percekcokan pasti ada bahkan selalu ada karena bagaimana pun pasti susah untuk menyatukan dua pikiran dan tingkah laku yang berbeda sebab Fanni yang orangnya kadang cuek dan lebih sering diam sedangkan Nara yang orangnya tidak bisa diam bahkan cerewet tapi itu yang membuat mereka menyatu dan saling melengkapi.
Namun ada kalanya persahabatan bisa begitu kacau dan rumit bahkan sulit untuk diselesaikan saat sudah berhubungan dengan perasaan apalagi perasaan yang biasa susah untuk ditebak yakni perasaan suka atau cinta pada lawan jenis dan rasa suka itu dirasakan oleh dua orang cewek kepada salah seorang cowok.
Hari yang Fanni lalui dengan Nara merupakan hari yang sangat penuh dengan tawa, suka dan duka. Namun semenjak kehadiran seseorang dalam kehidupan mereka berdua membuat sebuah jarak pemisah yang membuat mereka terpisah dan seolah tak saling mengenal yang akhirnya menjadi sesuatu hal yang amat menyedihkan sebab persahabatan yang telah terjalin begitu lama harus sirna dan tak lagi bersama hanya karena seseorang yang tiba-tiba hadir dihidup mereka.
Rifki Aditya Rama, Seorang anak baru pindahan dari Jogja mengikuti Ayahnya yang dinas ke Makassar membuat semua murid di SMA Harapan Baru Makassar (Hanya Fiktif) tercengang oleh wajah nan rupawan siswa pindahan itu semua mata seolah memandang dan tak berhenti menatap siapakah gerangan siswa yang datang disekolah mereka itu.
Satu bulan Rifki di Sekolah itu ia sudah punya banyak kenalan bahkan banyak penggemar yang rata cewek-cewek yang begitu terhipnotis pada raut wajahnya yang begitu menggoda ditambah senyum tipisnya yang lengkap dengan lesung pipi diseblah kirinya. Begitu banyak siswa yang tertarik kepadanya bahkan Nara juga termasuk salah satu siswi yang juga memendam rasa terhadap Rifki bahkan Fanni tau itu ia bahkan sangat mendukung sahabatnya itu.
Fanni selalu memberikan saran untuk Nara agar mendekati Rifki dan berkenalan dan akrab dengan Rifki tapi lain dari sikap seorang Rifki yang hanya menganggap Nara seolah teman biasa dan ia telah memendam rasa pada seseorang yang telah meluluhkan hatinya yaitu pada gadis yang tidak begitu mengeluh-eluhkan ketampanannya. Yah! orang itu adalah Fanni ia begitu tertarik kepada Fanni yang bermula pada pertemuan pertama mereka disebuah taman namun tanpa kesengajaan.
Rifki begitu tertrik melihat Fanni yang tetap fokus pada bacaannya yang entah buku apa yang sedang Fanni baca Rifki merasa baru kali itu ada cewek yang tak menghiraukan keberadaannya bahkan tetap fokus pada sebuah buku bacaannya. Rifki yang penasaran yang sebelumnya lewat didepan Fanni kembali dan mencoba untuk duduk disamping Fanni.
“heyy... maaf mengganggu boleh duduk disini?”. Tanyanya tapi tidak ada jawaban sepatah kata pun yang terlontar dari bibir imut Fanni.  Sehingga membuat Rifki bingung dan mencoba mencairkan suasana.
“yah sudah kalau diam berarti boleh”.
“hemm kayanya kamu enggak begitu familiar”. Tambahnya
Fanni yang mulai terusik dengan keberadaan Rifki mencoba untuk beranjak ingin meninggalkan Rifki namun langkahnya terhenti tatkala Rifki memegang pergelangan tangannya.
“Kenapa pergi? atau begini yah sikap orang Makassar saat ketemu orang baru?”. Ucap Rifki menyindir
“Maaf saya tidak suka diganggu saya punya waktu yang lebih penting dari pada harus membahas celoteh anda, permisi”. Ucap Fanni tetap ingin pergi tapi tangannya tidak kunjung dilepaskan oleh Fahri
“Saya tidak bermaksud mengganggu saya hanya ingin berkenalan dengan kamu, tapi jika kamu merasa terganggu saya akan pergi tapi sebelum saya pergi saya ingin tau nama mu”.
Fanni tidak memberi jawaban ia masih tetap bersikeras melepaskan tangan Rifki yang sedari tadi menggenggam tangannya.
“Akan aku lepaskan asal kamu memberi tau nama mu padaku”. Rifki memaksa
“Nama ku Fanni, sudah kan lepaskan genggamanmu”.
“Baik, nama yang bagus dan cocok untuk gadis lucu dan pemalu seperti dirimu sama halnya bahasa inggrisnya Funny tapi aku akan memanggilmu dengan nama My Little Funny”.
Fanni tidak mengubris kata-kata yang diucapkan Rifki ia lalu pergi saat Rifki melepaskan genggamannya dan tak menghiraukan Rifki yang memanggilnya dengan nama pemberian itu menurut Fanni semua laki-laki itu hanya menggombal dan dia tidak mau menjadi gadis yang mudah termakan rayuan laki-laki. Walaupun mungkin menurut Rifki itu bukan rayuan atau gombalan.
Itulah hari pertama pertemuan mereka yang menyenangkan untuk Rifki tapi menyebalkan untuk Fanni. Rifki yang tau jika Fanni satu sekolah dengannya namun berbeda kelas setiap hari mengganggu Fanni saat dia tengah sendiri ditaman sekolah atau pun perpustakaan dan pada saat jam istirahat dikantin sekolah mereka Rifki tidak pernah lelah untuk sekedar menyapa atau mendapat perhatian dari Fanni yang lebih sering memilih untuk sendiri.
Hingga pada saat Rifki bisa mendapatkan nomor telepon Fanni yang ia minta dari teman sekelas Fanni yang ia minta dengan banyak rayuan. Dari situlah Fahri selalu mengganggunya bukan di sekolah bahkan di rumah Fanni selalu mendapat gangguan dari Rifki sebab setiap malam ia selalu menelpon bahkan mengirimkan SMS namun tak pernah di angkat atau pun dibalas oleh Fanni. Tapi bukan Rifki namanya jika mudah menyerah berbagai cara ia lakukan ia kadang menelpon Fanni berkali-kali yang membuat Fanni terpaksa mengangkat. Seperti pada malam itu.
Via telepon on
“Selamat malam My Little Fanny”.
“Kamu kenapa sih ganggu mulu”.
“Yehh yang ganggu siapa orang cuman mau nanya”.
“Nanya apa lagi sih?”.
“Udah makan apa belum?”.
Fanni diam sejenak ia mencoba menahan senyum
“Hallo”. Ucap Rifki menetralkan suasana
“Iyaaa apa lagi?”. Ucap Fanni dengan sikap cueknya semula
“Pertanyaan yang tadi belum ke jawab”.
“Iyaa udah..! dasar benalu suka mengganggu”. Ucap Fanni yang ingin mematikan telepon namun ditahan oleh ucapan Rifki.
“Enggak usah dimatiin teleponya, aku juga udah selesai kok, selamat malam oh iya satu lagi jangan lupa mimpin aku yah!”. Ucap Rifki lalu mematikan telponnya
Via telepon off
Fanni merasa bingung dengan sikap Rifki, yang sebenarnya Fanni tak tau nama Rifki ia hanya memanggil Rifki dengan sebutan benalu. Fanni mulai sedikit takluk dengan gombalan-gombalan Rifki yang hanya menelpon untuk menanyakan apa ia sudah makan atau belum. Ia jadi senyum-senyum sendiri didalam kamarnya mengingat ucapan Rifki pada saat menelpon. Begitulah hati manusia walau pun pada awalnya ia cuek tapi ujung-ujungnya akan luluh. Bagaikan batu yang jika terus ditetesi air ia akan hancur sekeras apa pun itu.
Beberapa hari berikutnya Rifki yang tak sengaja lewat disebuah danau yang tidak jauh dari rumahnya, melihat Fanni yang tengah asik duduk di rumput hijau nan lebat dipinggiran danau itu. Ia lalu mendekat ke arah Fanni, dan mencoba mengagetkannya hal tersebut pun berhasil dan membuat Fanni kaget.
“Dorrr.....!”.
“Aaahh...”. Teriak Fanni
“Hahahaaaa, lucu banget sih gadis kecil penunggu senja”. Ucap Rifki kemudian duduk diseblah Fanni
“Hee.. sok tau”.
“Siapa lagi coba kalau bukan senja yang kamu tunggu ini kan udah sore dan enggak lama lagi senja bakalan datang”. Jelas Rifki “Atau jangan-jangan?”. Sambungnya dengan menduga-duga
“Apaaa?”. Fanni merasa penasaran
“Yah kalau bukan senja..... hemm pasti nungguin aku ya kan?”. Ucap Rifki sangat percaya diri
“Yehh ke Pede-an luh dasar benalu”.
“Cieee udah ada panggilan sayang lagi.”
Fanni hanya diam ia malas untuk berdebat sebab ujung-ujungnya Rifki pasti akan membuatnya semakin risih dengan gombalan-gombalannya. Dan ternyata ditengah-tengah percakapan mereka sepasang mata tengah melihat dan orang itu adalah Nara sahabat dekat Fanni. Nara sangat kesal melihat keakraban Rifki dan Fanni yang menurutnya sangat tidak wajar sebab Fanni sendiri yang awalnya sangat mendukung Nara untuk dekat dengan Rifki tapi ternyata Fanni menusuk Nara dari belakang.
Nara yang tak tahan dengan keakraban mereka berdua lalu menuju ke arah Fanni dan mengungkapkan perasaan kesalnya.
“Ohhhh ternyata gini cara loh?”.
“Nara kamu kok datang marah-marah, kenapa?”. Ucap Fanni langsung berdiri diikuti oleh Rifki
“enggak usah sok polos, kalau ternyata loh-nya munafik”.
“Aku enggak ngerti, apa yang sebenarnya kamu maksud?”.
“Udah deh gue males sama ello sekarang lo enggak usah anggap gue sahabat lo lagi, gue benci sahabat yang nusuk dari belakang kaya lo, dasar muka dua”.
“Plisss aku beneran enggak ngerti apa yang kamu maksud”.
“Ini ada apa sih, kamu Nara yang biasa bawain aku bekal kekelas kan?”.
“Iya dan orang yang sekarang sama kamu ini adalah mantan teman ku, dan selamat atas hubungan kalian”. Ucap Nara ingin beranjak pergi namun ditahan oleh Fanni
“Nara dengerin penjelasan aku dulu kamu salah paham”.
“Enggak ada yang perlu dijelasin semua udah real dimata ku”. Ucap Nara pergi meninggalkan Rifki dan Fanni
Fanni yang sudah sadar dari inti masalahnya dengan Nara kemudian ingin menyusul nara untuk menjelaskan kesalah pahaman yang telah terjadi diantara mereka. Tapi langkahnya terhenti tatkala Rifki memegang pundaknya.
“Kamu mau nyusul dia”.
“Yaiyalah, masa aku biarin sahabat ku pergi dengan kesalah pahaman dan asal kamu tau aku udah lama banget sahabatan sama dia dan aku enggak mau dia ngejauhin aku gara-gara dia mikir kalau aku ada hubungan dengan kamu”.
“Maksud kamu?”.
“Astaga kamu enggak ngerti dia itu suka sama kamu pas kamu masih jadi anak baru disekolah setiap hari dia selalu curhat tentang kamu, tapi sekarang dia udah enggak percaya dan ngira kalau aku udah nusuk dia dari belakang, dan yang jadi masalah-nya itu, kamu kenapa enggak pernah kasi tau aku kalau ternyata kamu itu Rifki”. Ucapnya sangat kesal
“Kamu boleh marah sama aku tapi tidak sepenuhnya salah aku kan sebab aku enggak suka sama Nara dan aku cuman anggap dia teman sekolah doang dan aku enggak pernah ngasih harapan ke dia”.
“Dan satu lagi waktu kita pertama kali ketemu di taman itu aku belum memperkenalkan nama ku ke kamu tapi kamu langsung pergi gitu aja, dan aku kira kamu udah tau jadi aku enggak pernah lagi nanya ke kamu siapa nama ku karena ngomong aja aku perlu beribu kata supaya kamu bisa jawab, dan aku disini tidak sepenuhnya salah”. Tambahnya
“Tapi kan setidaknya kamu jangan sakitian dia dan selalu gangguin aku mulu”. Ucap Fanni menunduk
“Aku enggak pernah mau atau sengaja nyakitin hatinya karena aku enggak tau ternyata perhatiannya itu punya maksud lain, dan semua orang berhak suka sama siapa aja?”. Ucap Rifki meninggalkan Fanni
“Tap...piiii...”. Ucapnya terhenti sebab Rifki sudah melangkah jauh darinya
Hari-hari Fanni yang selalu bahagia dan tersenyum kini menjadi murung bagaikan Matahari yang selalu tertutupi Awan. Ia baru sadar dua orang yang selalu memberinya kebahagiaan semuanya menghindarinya. Walau sebenarnya Nara hanya salah paham tapi Fanni baru menyesal ia begitu cuek dan egois hingga persahabatannya hancur. Sedangkan Rifki orang yang baru di hidupnya selalu ia musuhi dan ia tak pernah bersikap baik kepadanya.
Berapa hari Fanni pun jarang masuk kesekolah ia malu bertemu dengan Rifki dan dia masih merasa bersalah kepada Nara. Ia hanya berdiam diri di rumah tak berniat untuk keluar dari kamarnya hingga tak lama suara ketukan pintu dari luar kamarnya.
“Tok..tok..tokk”.
“Fanni ada teman kamu tu nunggu di luar”. Panggil ibu Fanni dari luar pintu
“Iyaa.... Siapa?”.
“Kamu keluar aja liat sendiri”.
Fanni yang penasaran memutuskan keluar kamar dan menuju keruang tamu sedangkan ibunya menuju kekamar. Fanni kaget melihat seseorang yang sedari tadi duduk di sofa menunggunya.
“Nara...”.
“Fanni”.
“Kamu kapan datang” Ucap Fanni senyum tipis sembari duduk di sofa berhadapan dengan Nara
“Aku minta maaf aku udah salah paham sama kamu” Ucap Nara lalu memeluk Fanni
“Aku juga minta maaf, jadi kamu udah tau semuanya”.
“Ia aku tau dari Riski”.
“Maksudnya?”.
“Gini kemarin dia SMS aku nyuruh ke taman katanya ada yang pengen dia ngomongin, awalnya aku ragu-ragu aku kira pasti dia mau ngebela kamu, tapi aku juga penasaran sama yang dia pengen ngomongin. Aku pun datang ke taman itu.
“Terusss...”.
“Aku pun ke temu sama dia, Aku langsung tanya apa yang pengen dia ngomongin, dan dia ngejelasin semuanya ke aku, kalau sebenarnya dia enggak suka sama aku.”
“Maafin aku yah, aku enggak tau ternyata dia Rifki yang selalu kamu cerita, aku memang bodoh kenapa aku enggak peka kalau dia anak baru sangking cueknya aku jadi orang.”
“husttt... kamu enggak salah aku juga salah karena enggak nanya dan ambil keputusan sepihak, dia juga cerita kok kalau kamu enggak ada maksud buat nikung aku, semua orang berhak suka sama orang lain”.
“Tapi itu enggak Mungkin masa aku suka sama cowok yang teman aku juga suka”
“Enggak kok aku tau kamu itu juga suka sama Rifki dari mata kamu itu jelas banget kamu suka sama dia”.
“Enggak serius”. Ucapnya menunduk
“Udah kamu enggak usah merasa enggak enak sama aku, aku enggak boleh paksaain orang buat suka sama aku dia itu berhak suka sama siapa aja, dan asal kamu tau dia juga suka banget sama kamu, tapi katanya kamu cuek banget”.
“Dia ngomong gitu, iya iisttt awas aja kalau ketemu”.
“Tapi udah terlambat”.
“Terlambat”.
“Iya dia udah pindah, katanya bapaknya mau dinas keluar kota katanya enggak salah di Aceh”.
“Jauh banget, dia kapan pindah dia beneran”. Ucapnya sedih
“Iyaa tadi pagi dia udah berangkat”.
“kenapa kamu enggak bilang, aku udah banyak salah sama dia dan aku juga akhir-akhir ini merasa kehilangan dia”.
“Udah sabarrr”.
“Jodoh pasti bakalan ketemu lagi”.
“Itu enggak mungkin”.
“Enggak ada yang enggak mungkin, berawal dari kemungkinan pasti akan memungkinkan kalian bertemu asal kamu yakin”.
“wisss puitis banget, asal kamu ada aja aku udah seneng”
“Jadi beneran nih enggak seneng kalau ada dia”.
“Apa sihh”
Tiba hari Ulang Tahun Fanni dia berharap ada SMS atau telepon ucapan selamat ulang tahun dari Rifki namun hanya harapannya saja. Di acara malam Ulang Tahunnya dia hanya diam dan tak begitu bersemangat. Tak begitu lama acara itu tiba-tiba hening sebab lampu tiba-tiba mati. Kemudian terdengar suara petikan gitar dengan menyanyika sebuah lagu yang berjudul Bidadari Tak Bersayap yang dipopulerkan oleh Anji. Tamu yang datang kompak menyalakan layar Hanpond nya.

Bidadari tak bersayap datang padaku
Dikirim Tuhan dalam wujud wajah kamu
Dikirim Tuhan dalam wujud diri kamu
Sungguh tenang ku rasa saat bersamamu
Sederhana namun indah kau mencintaiku
Sederhana namun indah kau mencintaiku
Sampai habis umurku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku
Diam-diam aku memandangi wajahnya
Tuhan ku sayang sekali wanita ini
Tuhan ku sayang sekali wanita ini
Sampai habis nyawaku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku
Katakan yes, I do, jadi teman hidupku
Dududududu dududududu dududu
Sampai habis nyawaku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku
Katakan yes, I do
Jadi teman hidupku
Katakan yes, I do
Hiduplah denganku
Jadi teman hidupku

Lagu dan musik pun berhenti Fanni tak mengenal seseorang yang telah mempersembahkan sebuah lagu indah untuknya ia begitu bahagia awalnya ia berfikir jika orang itu adalah Rifki namun orang itu tampak berbeda 160 derajat. Ia memakai kaca mata dan slayer serta memakai kemeja abu-abu dengan memadukannya dengan jas hitam dan celana jeans serta memakai sepatu Sneakers warna biru.
Fanni sangat kecewa karena beda dari apa yang ia harapkan. Ia melamun dan terus mengingat kenangannya bersama Rifki.
“Waktu cepat banget berlalu”. Ia membatin
Tiba-tiba seorang cewek datang membawa sebuah surat, yang entah apa isinya. Fanni membuka surat itu dan mulai membacanya. Surat itu hanya tertulis Danau serta tertanda orang yang sedang kamu rindukan. Awalnya Fanni bingung, namun ia sudah paham maksud surat itu ia kemudian bergegas kedanau yang terakhir ia datangi dan disana juga ia terakhir bertemu dengan Rifki.
Sesampainya didanau ia tak melihat seorang pun disana ia merasa dari tadi dia hanya dipermainkan atau rasa berharapnya yang begitu besar dan rasa rindunya yang sangat menggebu-gebu terhadap Rifki yang membuatnya hilang konsentrasi. Ia memutus kan untuk duduk dirumput membiarkan anging malam menyentuh kulit lembutnya. Tak lama terdengar suara langkah kaki yang membuat Fanni takut dan tak mau menoleh. Namun ia mencoba untuk meghilangkan ketakutannya
“Udah bukan apa-apa, kamu bukan penakut”.
Fanni pun berdiri dan mencoba membalikkan badannya dan saat ia sudah menghadap ke arah itu ia melihat seseorang tengah membawa kue Ulang Tahun untuknya, sepasang mata yang sudah lama ia rindukan.
“Rifki”. Ucapnya berlari memeluk Rifki
“Uppsss... Kuenya hati-hati nanti jatuh”.Ucapnya saat Fanni sudah berada dipelukannya
“Ohh kamu lebih milih kue itu”. Ucapnya ngambek melepas pelukan
“Kamu bikin kesal tau enggak”. Tambahnya
“Tuh kan kamu itu tetap sama kaya dulu, suka marah dengan alasan yang sepele, suka ngambek enggak jelas tapi aku kangen itu karena kamu lucu”
Fanni hampir tambah marah tapi ia jadi senyum enggak jelas karena udah dipuji yang membuatnya ingin melayang.
“Kangen kamu My Little Fanny”.
“Aku juga dan malah lebih kangen kamu”.
“Cieee udah berani ngomong kangen udah enggak cuek lagi mbak”.
“Isstttt hobby banget sih ngeledek”. Ucapnya lalu mencubit lengan Rifki
“Iyaaa sorry... sorry”.
Fanni hanya tersenyum penuh kemenangan.
“Udah puas”.
“Iyaaa, puas banget kenapa kamu enggak ngomong kamu mau datang dan ternyata beneran kamu yang udah nyanyi diatas panggung tadi kan, dan itu cubitan untuk itu”.
“Kan mau kasi suprise enggak fiks kalau di kasi tau, tapi suka kan”.
Lagi-lagi Fanni hanya tersenyum.
“Sebenarnya aku enggak pindah aku cuman nyuruh Nara buat bilang kaya gitu karena aku mau kasi kamu suprise dan pengen tau reaksi kamu kalau aku pergi, selama ini aku selalu menghindar kalau ada kamu supaya enggak ketahuan”.
“Isstttt... nyebelin” Fanni ngambek
“Enggak usah ngambek mending cubit aja dari pada ngambek pliss dong jangan ngambek”.
“Enggak mau”.
“Apa?”.
“Nyubit nanti kamu pergi lagi”.
“Udah pintar gombal, udah ni tiup lilin”.
“Iya-iyaa”. Ucap Fanni lalu meniup lilin
“Hemmm kamu enggak ada yang lebih penting buat di omongin”.
“Enggak ada”. Ucapnya biasa saja
“Eemm...! tunggu dulu kayanya kamu belum jawab”. Tambahnya saat melihat Fanni memperlihatkan muka sedih.
“Apa?”.
“Masa kamu enggak ingat jawaban dari lagu yang aku nyanyiin tadi”.
“Kamu mau enggak”.
“Enggak kan masih muda, belum siap”.
“Bukan itu tapi iya juga sih aku ganti aja, Kamu mau enggak jadi pacar aku?”.
“hemmm....!”.
“Lama amat jawabnya”.
“Yes I do”.
“Apa? sekali lagi”.
“Aku Mau Rifki Aditya Rama”.
“Mau apa?”.
“Mau jadi pacar kamu”.
“Hahaha.....!”. Mereka berdua tertawa lepas

TAMAT



*Terima kasih yang udah baca cerpen hasil karya ku sendiri, komentar dan tanggapan-tanggapannnya sangat aku butuhkan silahkan jika ingin memberikan masukan atau pun komentar. Jika suka dengan cerpen aku saran cerita juga bisa silahkan saya tidak pernah melarang ataupun mebatasi dan jika ingin mengcopy atau menjiplak lebih baik isin terlebih dahulu karena anda termasuk orang yang jujur dan bijaksana karena telah menghargai hasil karya orang lain dengan sebaik-baiknya. Makasih lagi yang udah selalu setia ngebaca postingan-postingan yang ada di blog ku jangan bosan-bosan yah.