KETIDAK
MUNGKINAN YANG MEMUNGKINKAN
Saat
matahari tengah teriknya seorang gadis sedang menikmati tidur siangnya didalam
kamar yang tampak sunyi dan hanya dia seorang diri namun entah apa yang
membangunkan tidur ternyamannya itu yang bisa dikatakan sangat lelapnya. Namun
ia masih enggan untuk beranjak dari tempat ternyamannya itu sebuah kasur empuk
dengan seprei bermotif bunga sakura
yang jika diartikan kedalam bahasa indonesia yang berarti “Mekar”. Tak lama
sebuah suara terdengar dari luar seolah memanggil gadis itu untuk bangun.
“fanni....fanni...”. Suara itu memanggil, yah Fanni Syah Klaudia nama gadis
itu. Dengan penasaran fanni menuju ke arah jendela mengamati arah luar suara
yang tadi menyebut bahkan memanggil-manggil namanya itu.
Fanni
yang kemudian keluar menemui pemilik suara yang tak henti-hentinya
memanggil-manggil namanya itu. Ia pun sudah berada diluar tepat didepan pintu
rumahnya untuk menemui sepasang bola mata yang tak asing baginya.
“wehh
lama banget sih?”.
“luhh
ganggu aja tau nggak orang lagi tidur siang”.
“udah
gih aku mau masuk”. Ucap cewek yang telah menggangu kenyamanan tidur fanni itu,
ia langsung masuk kedalam rumah tanpa dipersilahkan serasa ia dan fanni begitu
dekat.
Fanni
dan cewek itu memang sangat dekat mereka berteman sudah sejak lama dari kecil
dan bahkan didalam kandungan mereka sudah punya ikatan persahabatan yang begitu
kuat sebab mereka berdua sama-sama lahir dihari yang sama namun fanni lahir
saat senja menampakkan diri pada sore hari yang begitu damai sedangkan cewek
yang bernama Nara Safitri yang lebih akrab disapa Nara lahir pada pertengahan
malam sunyi.
Ikatan
yang terjalin diantara mereka berdua sudah sangat erat dan percekcokan pasti
ada bahkan selalu ada karena bagaimana pun pasti susah untuk menyatukan dua
pikiran dan tingkah laku yang berbeda sebab Fanni yang orangnya kadang cuek dan
lebih sering diam sedangkan Nara yang orangnya tidak bisa diam bahkan cerewet tapi
itu yang membuat mereka menyatu dan saling melengkapi.
Namun
ada kalanya persahabatan bisa begitu kacau dan rumit bahkan sulit untuk
diselesaikan saat sudah berhubungan dengan perasaan apalagi perasaan yang biasa
susah untuk ditebak yakni perasaan suka atau cinta pada lawan jenis dan rasa
suka itu dirasakan oleh dua orang cewek kepada salah seorang cowok.
Hari
yang Fanni lalui dengan Nara merupakan hari yang sangat penuh dengan tawa, suka
dan duka. Namun semenjak kehadiran seseorang dalam kehidupan mereka berdua
membuat sebuah jarak pemisah yang membuat mereka terpisah dan seolah tak saling
mengenal yang akhirnya menjadi sesuatu hal yang amat menyedihkan sebab
persahabatan yang telah terjalin begitu lama harus sirna dan tak lagi bersama
hanya karena seseorang yang tiba-tiba hadir dihidup mereka.
Rifki
Aditya Rama, Seorang anak baru pindahan dari Jogja mengikuti Ayahnya yang dinas
ke Makassar membuat semua murid di SMA Harapan Baru Makassar (Hanya Fiktif)
tercengang oleh wajah nan rupawan siswa pindahan itu semua mata seolah
memandang dan tak berhenti menatap siapakah gerangan siswa yang datang
disekolah mereka itu.
Satu
bulan Rifki di Sekolah itu ia sudah punya banyak kenalan bahkan banyak
penggemar yang rata cewek-cewek yang begitu terhipnotis pada raut wajahnya yang
begitu menggoda ditambah senyum tipisnya yang lengkap dengan lesung pipi
diseblah kirinya. Begitu banyak siswa yang tertarik kepadanya bahkan Nara juga
termasuk salah satu siswi yang juga memendam rasa terhadap Rifki bahkan Fanni
tau itu ia bahkan sangat mendukung sahabatnya itu.
Fanni
selalu memberikan saran untuk Nara agar mendekati Rifki dan berkenalan dan
akrab dengan Rifki tapi lain dari sikap seorang Rifki yang hanya menganggap
Nara seolah teman biasa dan ia telah memendam rasa pada seseorang yang telah
meluluhkan hatinya yaitu pada gadis yang tidak begitu mengeluh-eluhkan
ketampanannya. Yah! orang itu adalah Fanni ia begitu tertarik kepada Fanni yang
bermula pada pertemuan pertama mereka disebuah taman namun tanpa kesengajaan.
Rifki
begitu tertrik melihat Fanni yang tetap fokus pada bacaannya yang entah buku
apa yang sedang Fanni baca Rifki merasa baru kali itu ada cewek yang tak
menghiraukan keberadaannya bahkan tetap fokus pada sebuah buku bacaannya. Rifki
yang penasaran yang sebelumnya lewat didepan Fanni kembali dan mencoba untuk
duduk disamping Fanni.
“heyy...
maaf mengganggu boleh duduk disini?”. Tanyanya tapi tidak ada jawaban sepatah
kata pun yang terlontar dari bibir imut Fanni.
Sehingga membuat Rifki bingung dan mencoba mencairkan suasana.
“yah
sudah kalau diam berarti boleh”.
“hemm
kayanya kamu enggak begitu familiar”. Tambahnya
Fanni
yang mulai terusik dengan keberadaan Rifki mencoba untuk beranjak ingin
meninggalkan Rifki namun langkahnya terhenti tatkala Rifki memegang pergelangan
tangannya.
“Kenapa
pergi? atau begini yah sikap orang Makassar saat ketemu orang baru?”. Ucap
Rifki menyindir
“Maaf
saya tidak suka diganggu saya punya waktu yang lebih penting dari pada harus
membahas celoteh anda, permisi”. Ucap Fanni tetap ingin pergi tapi tangannya
tidak kunjung dilepaskan oleh Fahri
“Saya
tidak bermaksud mengganggu saya hanya ingin berkenalan dengan kamu, tapi jika
kamu merasa terganggu saya akan pergi tapi sebelum saya pergi saya ingin tau
nama mu”.
Fanni
tidak memberi jawaban ia masih tetap bersikeras melepaskan tangan Rifki yang
sedari tadi menggenggam tangannya.
“Akan
aku lepaskan asal kamu memberi tau nama mu padaku”. Rifki memaksa
“Nama
ku Fanni, sudah kan lepaskan genggamanmu”.
“Baik,
nama yang bagus dan cocok untuk gadis lucu dan pemalu seperti dirimu sama
halnya bahasa inggrisnya Funny tapi
aku akan memanggilmu dengan nama My Little Funny”.
Fanni
tidak mengubris kata-kata yang diucapkan Rifki ia lalu pergi saat Rifki
melepaskan genggamannya dan tak menghiraukan Rifki yang memanggilnya dengan
nama pemberian itu menurut Fanni semua laki-laki itu hanya menggombal dan dia
tidak mau menjadi gadis yang mudah termakan rayuan laki-laki. Walaupun mungkin
menurut Rifki itu bukan rayuan atau gombalan.
Itulah
hari pertama pertemuan mereka yang menyenangkan untuk Rifki tapi menyebalkan
untuk Fanni. Rifki yang tau jika Fanni satu sekolah dengannya namun berbeda
kelas setiap hari mengganggu Fanni saat dia tengah sendiri ditaman sekolah atau
pun perpustakaan dan pada saat jam istirahat dikantin sekolah mereka Rifki
tidak pernah lelah untuk sekedar menyapa atau mendapat perhatian dari Fanni
yang lebih sering memilih untuk sendiri.
Hingga
pada saat Rifki bisa mendapatkan nomor telepon Fanni yang ia minta dari teman
sekelas Fanni yang ia minta dengan banyak rayuan. Dari situlah Fahri selalu
mengganggunya bukan di sekolah bahkan di rumah Fanni selalu mendapat gangguan
dari Rifki sebab setiap malam ia selalu menelpon bahkan mengirimkan SMS namun
tak pernah di angkat atau pun dibalas oleh Fanni. Tapi bukan Rifki namanya jika
mudah menyerah berbagai cara ia lakukan ia kadang menelpon Fanni berkali-kali yang
membuat Fanni terpaksa mengangkat. Seperti pada malam itu.
Via telepon on
“Selamat
malam My Little Fanny”.
“Kamu
kenapa sih ganggu mulu”.
“Yehh
yang ganggu siapa orang cuman mau nanya”.
“Nanya
apa lagi sih?”.
“Udah
makan apa belum?”.
Fanni
diam sejenak ia mencoba menahan senyum
“Hallo”.
Ucap Rifki menetralkan suasana
“Iyaaa
apa lagi?”. Ucap Fanni dengan sikap cueknya semula
“Pertanyaan
yang tadi belum ke jawab”.
“Iyaa
udah..! dasar benalu suka mengganggu”. Ucap Fanni yang ingin mematikan telepon
namun ditahan oleh ucapan Rifki.
“Enggak
usah dimatiin teleponya, aku juga udah selesai kok, selamat malam oh iya satu
lagi jangan lupa mimpin aku yah!”. Ucap Rifki lalu mematikan telponnya
Via telepon off
Fanni merasa bingung dengan sikap Rifki, yang
sebenarnya Fanni tak tau nama Rifki ia hanya memanggil Rifki dengan sebutan
benalu. Fanni mulai sedikit takluk dengan gombalan-gombalan Rifki yang hanya
menelpon untuk menanyakan apa ia sudah makan atau belum. Ia jadi senyum-senyum
sendiri didalam kamarnya mengingat ucapan Rifki pada saat menelpon. Begitulah
hati manusia walau pun pada awalnya ia cuek tapi ujung-ujungnya akan luluh.
Bagaikan batu yang jika terus ditetesi air ia akan hancur sekeras apa pun itu.
Beberapa
hari berikutnya Rifki yang tak sengaja lewat disebuah danau yang tidak jauh
dari rumahnya, melihat Fanni yang tengah asik duduk di rumput hijau nan lebat
dipinggiran danau itu. Ia lalu mendekat ke arah Fanni, dan mencoba
mengagetkannya hal tersebut pun berhasil dan membuat Fanni kaget.
“Dorrr.....!”.
“Aaahh...”.
Teriak Fanni
“Hahahaaaa,
lucu banget sih gadis kecil penunggu senja”. Ucap Rifki kemudian duduk diseblah
Fanni
“Hee..
sok tau”.
“Siapa
lagi coba kalau bukan senja yang kamu tunggu ini kan udah sore dan enggak lama
lagi senja bakalan datang”. Jelas Rifki “Atau jangan-jangan?”. Sambungnya
dengan menduga-duga
“Apaaa?”.
Fanni merasa penasaran
“Yah
kalau bukan senja..... hemm pasti nungguin aku ya kan?”. Ucap Rifki sangat
percaya diri
“Yehh
ke Pede-an luh dasar benalu”.
“Cieee
udah ada panggilan sayang lagi.”
Fanni
hanya diam ia malas untuk berdebat sebab ujung-ujungnya Rifki pasti akan
membuatnya semakin risih dengan gombalan-gombalannya. Dan ternyata
ditengah-tengah percakapan mereka sepasang mata tengah melihat dan orang itu
adalah Nara sahabat dekat Fanni. Nara sangat kesal melihat keakraban Rifki dan
Fanni yang menurutnya sangat tidak wajar sebab Fanni sendiri yang awalnya
sangat mendukung Nara untuk dekat dengan Rifki tapi ternyata Fanni menusuk Nara
dari belakang.
Nara
yang tak tahan dengan keakraban mereka berdua lalu menuju ke arah Fanni dan
mengungkapkan perasaan kesalnya.
“Ohhhh
ternyata gini cara loh?”.
“Nara
kamu kok datang marah-marah, kenapa?”. Ucap Fanni langsung berdiri diikuti oleh
Rifki
“enggak
usah sok polos, kalau ternyata loh-nya munafik”.
“Aku
enggak ngerti, apa yang sebenarnya kamu maksud?”.
“Udah
deh gue males sama ello sekarang lo enggak usah anggap gue sahabat lo lagi, gue
benci sahabat yang nusuk dari belakang kaya lo, dasar muka dua”.
“Plisss
aku beneran enggak ngerti apa yang kamu maksud”.
“Ini
ada apa sih, kamu Nara yang biasa bawain aku bekal kekelas kan?”.
“Iya
dan orang yang sekarang sama kamu ini adalah mantan teman ku, dan selamat atas
hubungan kalian”. Ucap Nara ingin beranjak pergi namun ditahan oleh Fanni
“Nara
dengerin penjelasan aku dulu kamu salah paham”.
“Enggak
ada yang perlu dijelasin semua udah real dimata ku”. Ucap Nara pergi
meninggalkan Rifki dan Fanni
Fanni
yang sudah sadar dari inti masalahnya dengan Nara kemudian ingin menyusul nara
untuk menjelaskan kesalah pahaman yang telah terjadi diantara mereka. Tapi
langkahnya terhenti tatkala Rifki memegang pundaknya.
“Kamu
mau nyusul dia”.
“Yaiyalah,
masa aku biarin sahabat ku pergi dengan kesalah pahaman dan asal kamu tau aku
udah lama banget sahabatan sama dia dan aku enggak mau dia ngejauhin aku
gara-gara dia mikir kalau aku ada hubungan dengan kamu”.
“Maksud
kamu?”.
“Astaga
kamu enggak ngerti dia itu suka sama kamu pas kamu masih jadi anak baru
disekolah setiap hari dia selalu curhat tentang kamu, tapi sekarang dia udah
enggak percaya dan ngira kalau aku udah nusuk dia dari belakang, dan yang jadi
masalah-nya itu, kamu kenapa enggak pernah kasi tau aku kalau ternyata kamu itu
Rifki”. Ucapnya sangat kesal
“Kamu
boleh marah sama aku tapi tidak sepenuhnya salah aku kan sebab aku enggak suka
sama Nara dan aku cuman anggap dia teman sekolah doang dan aku enggak pernah
ngasih harapan ke dia”.
“Dan
satu lagi waktu kita pertama kali ketemu di taman itu aku belum memperkenalkan
nama ku ke kamu tapi kamu langsung pergi gitu aja, dan aku kira kamu udah tau
jadi aku enggak pernah lagi nanya ke kamu siapa nama ku karena ngomong aja aku
perlu beribu kata supaya kamu bisa jawab, dan aku disini tidak sepenuhnya
salah”. Tambahnya
“Tapi
kan setidaknya kamu jangan sakitian dia dan selalu gangguin aku mulu”. Ucap
Fanni menunduk
“Aku
enggak pernah mau atau sengaja nyakitin hatinya karena aku enggak tau ternyata
perhatiannya itu punya maksud lain, dan semua orang berhak suka sama siapa
aja?”. Ucap Rifki meninggalkan Fanni
“Tap...piiii...”.
Ucapnya terhenti sebab Rifki sudah melangkah jauh darinya
Hari-hari
Fanni yang selalu bahagia dan tersenyum kini menjadi murung bagaikan Matahari
yang selalu tertutupi Awan. Ia baru sadar dua orang yang selalu memberinya
kebahagiaan semuanya menghindarinya. Walau sebenarnya Nara hanya salah paham
tapi Fanni baru menyesal ia begitu cuek dan egois hingga persahabatannya
hancur. Sedangkan Rifki orang yang baru di hidupnya selalu ia musuhi dan ia tak
pernah bersikap baik kepadanya.
Berapa
hari Fanni pun jarang masuk kesekolah ia malu bertemu dengan Rifki dan dia
masih merasa bersalah kepada Nara. Ia hanya berdiam diri di rumah tak berniat
untuk keluar dari kamarnya hingga tak lama suara ketukan pintu dari luar
kamarnya.
“Tok..tok..tokk”.
“Fanni
ada teman kamu tu nunggu di luar”. Panggil ibu Fanni dari luar pintu
“Iyaa....
Siapa?”.
“Kamu
keluar aja liat sendiri”.
Fanni
yang penasaran memutuskan keluar kamar dan menuju keruang tamu sedangkan ibunya
menuju kekamar. Fanni kaget melihat seseorang yang sedari tadi duduk di sofa
menunggunya.
“Nara...”.
“Fanni”.
“Kamu
kapan datang” Ucap Fanni senyum tipis sembari duduk di sofa berhadapan dengan
Nara
“Aku
minta maaf aku udah salah paham sama kamu” Ucap Nara lalu memeluk Fanni
“Aku
juga minta maaf, jadi kamu udah tau semuanya”.
“Ia
aku tau dari Riski”.
“Maksudnya?”.
“Gini
kemarin dia SMS aku nyuruh ke taman katanya ada yang pengen dia ngomongin,
awalnya aku ragu-ragu aku kira pasti dia mau ngebela kamu, tapi aku juga
penasaran sama yang dia pengen ngomongin. Aku pun datang ke taman itu.
“Terusss...”.
“Aku
pun ke temu sama dia, Aku langsung tanya apa yang pengen dia ngomongin, dan dia
ngejelasin semuanya ke aku, kalau sebenarnya dia enggak suka sama aku.”
“Maafin
aku yah, aku enggak tau ternyata dia Rifki yang selalu kamu cerita, aku memang
bodoh kenapa aku enggak peka kalau dia anak baru sangking cueknya aku jadi
orang.”
“husttt...
kamu enggak salah aku juga salah karena enggak nanya dan ambil keputusan
sepihak, dia juga cerita kok kalau kamu enggak ada maksud buat nikung aku,
semua orang berhak suka sama orang lain”.
“Tapi
itu enggak Mungkin masa aku suka sama cowok yang teman aku juga suka”
“Enggak
kok aku tau kamu itu juga suka sama Rifki dari mata kamu itu jelas banget kamu
suka sama dia”.
“Enggak
serius”. Ucapnya menunduk
“Udah
kamu enggak usah merasa enggak enak sama aku, aku enggak boleh paksaain orang
buat suka sama aku dia itu berhak suka sama siapa aja, dan asal kamu tau dia
juga suka banget sama kamu, tapi katanya kamu cuek banget”.
“Dia
ngomong gitu, iya iisttt awas aja kalau ketemu”.
“Tapi
udah terlambat”.
“Terlambat”.
“Iya
dia udah pindah, katanya bapaknya mau dinas keluar kota katanya enggak salah di
Aceh”.
“Jauh
banget, dia kapan pindah dia beneran”. Ucapnya sedih
“Iyaa
tadi pagi dia udah berangkat”.
“kenapa
kamu enggak bilang, aku udah banyak salah sama dia dan aku juga akhir-akhir ini
merasa kehilangan dia”.
“Udah
sabarrr”.
“Jodoh
pasti bakalan ketemu lagi”.
“Itu
enggak mungkin”.
“Enggak
ada yang enggak mungkin, berawal dari kemungkinan pasti akan memungkinkan
kalian bertemu asal kamu yakin”.
“wisss
puitis banget, asal kamu ada aja aku udah seneng”
“Jadi
beneran nih enggak seneng kalau ada dia”.
“Apa
sihh”
Tiba
hari Ulang Tahun Fanni dia berharap ada SMS atau telepon ucapan selamat ulang
tahun dari Rifki namun hanya harapannya saja. Di acara malam Ulang Tahunnya dia
hanya diam dan tak begitu bersemangat. Tak begitu lama acara itu tiba-tiba
hening sebab lampu tiba-tiba mati. Kemudian terdengar suara petikan gitar
dengan menyanyika sebuah lagu yang berjudul Bidadari
Tak Bersayap yang dipopulerkan oleh Anji.
Tamu yang datang kompak menyalakan layar Hanpond nya.
Bidadari tak bersayap datang padaku
Dikirim Tuhan dalam wujud wajah kamu
Dikirim Tuhan dalam wujud diri kamu
Sungguh tenang ku rasa saat bersamamu
Sederhana namun indah kau mencintaiku
Sederhana namun indah kau mencintaiku
Sampai habis umurku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku
Diam-diam aku memandangi wajahnya
Tuhan ku sayang sekali wanita ini
Tuhan ku sayang sekali wanita ini
Sampai habis nyawaku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku
Katakan yes, I do, jadi teman hidupku
Dududududu dududududu dududu
Sampai habis nyawaku, sampai habis usia
Maukah dirimu jadi teman hidupku
Kaulah satu di hati, kau yang teristimewa
Maukah dirimu hidup denganku
Katakan yes, I do
Jadi teman hidupku
Katakan yes, I do
Hiduplah denganku
Jadi teman hidupku
Lagu
dan musik pun berhenti Fanni tak mengenal seseorang yang telah mempersembahkan
sebuah lagu indah untuknya ia begitu bahagia awalnya ia berfikir jika orang itu
adalah Rifki namun orang itu tampak berbeda 160 derajat. Ia memakai kaca mata
dan slayer serta memakai kemeja abu-abu dengan memadukannya dengan jas hitam
dan celana jeans serta memakai sepatu Sneakers warna biru.
Fanni
sangat kecewa karena beda dari apa yang ia harapkan. Ia melamun dan terus
mengingat kenangannya bersama Rifki.
“Waktu cepat banget berlalu”. Ia
membatin
Tiba-tiba
seorang cewek datang membawa sebuah surat, yang entah apa isinya. Fanni membuka
surat itu dan mulai membacanya. Surat itu hanya tertulis Danau serta tertanda
orang yang sedang kamu rindukan. Awalnya Fanni bingung, namun ia sudah paham
maksud surat itu ia kemudian bergegas kedanau yang terakhir ia datangi dan
disana juga ia terakhir bertemu dengan Rifki.
Sesampainya
didanau ia tak melihat seorang pun disana ia merasa dari tadi dia hanya
dipermainkan atau rasa berharapnya yang begitu besar dan rasa rindunya yang
sangat menggebu-gebu terhadap Rifki yang membuatnya hilang konsentrasi. Ia
memutus kan untuk duduk dirumput membiarkan anging malam menyentuh kulit
lembutnya. Tak lama terdengar suara langkah kaki yang membuat Fanni takut dan
tak mau menoleh. Namun ia mencoba untuk meghilangkan ketakutannya
“Udah bukan apa-apa, kamu bukan
penakut”.
Fanni
pun berdiri dan mencoba membalikkan badannya dan saat ia sudah menghadap ke
arah itu ia melihat seseorang tengah membawa kue Ulang Tahun untuknya, sepasang
mata yang sudah lama ia rindukan.
“Rifki”.
Ucapnya berlari memeluk Rifki
“Uppsss...
Kuenya hati-hati nanti jatuh”.Ucapnya saat Fanni sudah berada dipelukannya
“Ohh
kamu lebih milih kue itu”. Ucapnya ngambek melepas pelukan
“Kamu
bikin kesal tau enggak”. Tambahnya
“Tuh
kan kamu itu tetap sama kaya dulu, suka marah dengan alasan yang sepele, suka
ngambek enggak jelas tapi aku kangen itu karena kamu lucu”
Fanni
hampir tambah marah tapi ia jadi senyum enggak jelas karena udah dipuji yang
membuatnya ingin melayang.
“Kangen
kamu My Little Fanny”.
“Aku
juga dan malah lebih kangen kamu”.
“Cieee
udah berani ngomong kangen udah enggak cuek lagi mbak”.
“Isstttt
hobby banget sih ngeledek”. Ucapnya lalu mencubit lengan Rifki
“Iyaaa
sorry... sorry”.
Fanni
hanya tersenyum penuh kemenangan.
“Udah
puas”.
“Iyaaa,
puas banget kenapa kamu enggak ngomong kamu mau datang dan ternyata beneran
kamu yang udah nyanyi diatas panggung tadi kan, dan itu cubitan untuk itu”.
“Kan
mau kasi suprise enggak fiks kalau di
kasi tau, tapi suka kan”.
Lagi-lagi
Fanni hanya tersenyum.
“Sebenarnya
aku enggak pindah aku cuman nyuruh Nara buat bilang kaya gitu karena aku mau
kasi kamu suprise dan pengen tau
reaksi kamu kalau aku pergi, selama ini aku selalu menghindar kalau ada kamu
supaya enggak ketahuan”.
“Isstttt...
nyebelin” Fanni ngambek
“Enggak
usah ngambek mending cubit aja dari pada ngambek pliss dong jangan ngambek”.
“Enggak
mau”.
“Apa?”.
“Nyubit
nanti kamu pergi lagi”.
“Udah
pintar gombal, udah ni tiup lilin”.
“Iya-iyaa”.
Ucap Fanni lalu meniup lilin
“Hemmm
kamu enggak ada yang lebih penting buat di omongin”.
“Enggak
ada”. Ucapnya biasa saja
“Eemm...!
tunggu dulu kayanya kamu belum jawab”. Tambahnya saat melihat Fanni
memperlihatkan muka sedih.
“Apa?”.
“Masa
kamu enggak ingat jawaban dari lagu yang aku nyanyiin tadi”.
“Kamu
mau enggak”.
“Enggak
kan masih muda, belum siap”.
“Bukan
itu tapi iya juga sih aku ganti aja, Kamu mau enggak jadi pacar aku?”.
“hemmm....!”.
“Lama
amat jawabnya”.
“Yes
I do”.
“Apa?
sekali lagi”.
“Aku
Mau Rifki Aditya Rama”.
“Mau
apa?”.
“Mau
jadi pacar kamu”.
“Hahaha.....!”.
Mereka berdua tertawa lepas
TAMAT
*Terima kasih yang udah baca cerpen hasil karya ku sendiri, komentar dan tanggapan-tanggapannnya sangat aku butuhkan silahkan jika ingin memberikan masukan atau pun komentar. Jika suka dengan cerpen aku saran cerita juga bisa silahkan saya tidak pernah melarang ataupun mebatasi dan jika ingin mengcopy atau menjiplak lebih baik isin terlebih dahulu karena anda termasuk orang yang jujur dan bijaksana karena telah menghargai hasil karya orang lain dengan sebaik-baiknya. Makasih lagi yang udah selalu setia ngebaca postingan-postingan yang ada di blog ku jangan bosan-bosan yah.