Teman Dalam Sunyi
Entah apa yang aku lihat, sosok indah bercahaya tak
pernah ku duga dia datang tiba-tiba menyeruak kedalam dunia ku tapi entah dunia
yang ku tempati ini seraya berbeda seakan aku berada didunia yang asing dunia
yang tak nampak meyakinkan untuk ku pijak. Perlahan-lahan sosok itu nampak
menghilang dan tak lama dari kejauhan seakan aku melihat seorang yang tengah
berdiri menengok ke arah ku seraya tersenyum lepas entah senyum apa yang ia
gambarkan. Aku mulai sadar aku mungkin tengah berhalusinasi didunia fantasi
namun itu nampak nyata. Entah mengapa hari-hari ku berikutnya seakan seolah
seperti misteri selalu menemui sosok indah bercahaya itu apa kah itu malaikat
yang membawa kabar bahagia atau bahkan kabar buruk yang aku tak tahu apa?.
Apakah itu sebuah teka-teki belaka, entahlah.
Gadis yang tengah beranjak dewasa hari-hari yang
sebelumnya ia lalui dengan biasa-biasa saja selayaknya gadis seusianya. Sebut
saja ia Pelita Embun Cahyani yang kerap disapa Embun yang mulai merasa
hari-harinya aneh. Setiap kali ia merasa bermimpi bertemu dengan sosok yang
tinggi seperti seorang lelaki namun ia nampak bercahaya, namun yang ia rasa
sebuah mimpi ternyata itu nyata terjadi, setiap pagi ia selalu terdiam di
kamarnya menanti lagi sosok itu tiba tersenyum begitu tulus kepadanya. Embun
selalu merasa tenang jika ia datang dan tak pernah merasakan sebuah kesepian.
Kemudian sosok itu pun benar datang sosok yang ia
tunggu-tunggu, kemarin-kemarin Embun tak pernah bicara bahkan bertanya siapa
dia tapi pagi itu merupakan sebuah keberanian seorang gadis jelita yang begitu
tulus ingin mengenal sosok yang tak tau entah datangnya dari mana.
“Hayy... Kamu siapa?” Melangkah mendekat ke arah sosok itu yang berdiri pas
didepan sudut ruangan dekat jendela. Tak ada jawaban yang Embun dapatkan.
“Maaf apa sebenarnya yang ingin kamu sampaikan pada ku setiap kali
akhir-akhir ini saat kamu datang kedalam hari-hariku.” Tambahnya
Sosok itu tak pernah mengubris yang membuat Embun
semakin mendekat hingga ketukan pintu menghentikan langkahnya. Embun pun menengok
ke arah ketukan itu yang berulang kali ia dengar. Saat pintu terbuka tenyata
itu mamanya sendiri.
“Mama kenapa ngetuk pintu berulang kali?”
“Mama hanya merasa aneh dari tadi kamu tidak pernah keluar dari kamar.”
“Enggak emm... ituu annuu apa sihh aku kecapean ma, tadi malam banyak tugas
jadi ketiduran dan ternyata udah pagi tapi masih ngantuk.”
“Tapi mama enggak yakin kamu kelihatan gugup apa yang sedang kamu fikirkan?
atau jangan-jangan ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari mama.” Ucapnya
melangkah ingin memasuki kamar anaknya itu
“Enggak ko ma.” Ucap Embun dengan cepat menghadang mamanya.
“Kamu kenapa sih, mama cuman pengen bersihin kamar kamu pasti masih
berantakan.”
“Udah ma nanti Embun yang bersihin Embun kan udah besar.”
“Yaudah tapi mama pengen masuk mama penasaran kaya ada yang kamu
sembunyikan.” Ucapnya masuk kekamar dan tidak memperdulihkan ocehan anaknya.
“Maa...mama enggak ada apa-apa.” Ucapnya ikut masuk.
Saat mereka sudah diruangan mama embun langsung menuju
kearah jendela membuka tirai yang masih tertutup dengan anggun. Sedangkan Embun
tak ingin melihat apa yang telah dilakukan oleh mamanya ia malah menutup mata
seakan mamanya menemukan sosok itu.
“Pliss... jangan sekarang.” Ucapnya membatin.
“Kamu kenapa kok tutup mata.”
“Emm... Enggak tadi kelilipan iya kelilipan.” Ucapnya seraya membuka mata.
“Yah sudah kamu beresin kamar kamu tu berantakan banget kaya kandang sapi.”
“Ihhh mama iya tapi enggak usah ngeledekin.”
“Hahaha siapa yang ngeledek memang berantakan.” Ucap mama Embun lalu keluar
dari kamar.
“Huufff... untung aja.” Ucapnya menarik napas panjang.
“Tapi dia kemana?” Ucapnya
terheran-heran.
Saat yang membuat Embun kembali bertanya-tanya apa
maksud kehadiran sosok yang tak pernah sepatah kata pun mengungkapkan sesuatu
kepadanya itu. Tapi hari-harinya yang sepi sunyi seakan menjadi sesuatu yang
berbeda tatkala ada yang menemaninya di dalam kesepian sebab Embun sebenarnya
merupakan gadis pendiam yang jarang bergaul bahkan baerbaur dengan teman
sekolahnya. Kadang banyak yang menganggap bahwa dirinya itu tidak waras apa
lagi semenjak kedatangan sosok itu ia kadang bicara sendiri seperti orang aneh selalu
menyendiri dikamar dan bahkan mamanya saja biasa merasa ada perubahan yang aneh
tengah menimpah anaknya itu.
Siska teman sekolah Embun yang sangat sering membully
bahkan celalu menjahilinya dengan berbagai hal yang meresahkan Embun. Tapi
semenjak sosok bercahaya itu selalu datang ia seakan mendapatkan kekuatan
menjadi seseorang yang lebih kuat dan lebih tegar bahkan ia sudah bisa melawan
semua kejahilan yang dilakukan siska. Mungkin dengan adanya sosok itu yang
Embun rasakan adalah sosok yang dikirimkan tuhan sebagai penyemangat bahwa ia
tak boleh menjadi anak yang lemah bahkan penakut.
Pada suatu ketika Embun yang sedang beristirahat
ditaman saat jam istirahat hampir selesai ia pun memutuskan untuk kembali ke
kelas saat sudah berada dikelas ia pun menuju kebangkunya yang berada dibarisan
kedua kursi bagian tengah. Namun saat ia ingin duduk tiba-tiba sosok itu
kembali muncul dan membuat Embun merasa ada yang ingin kembali ia sampaikan
walau ia tak pernah mengatakan apa-apa. Embun pun pergi mengikuti sosok itu
saat sudah hampir sampai dilapangan sosok itu seakan menghilang mengikuti angin
yang berhembus hanya bisa dirasakan namun tak nampak ia dimana.
Embun pun memutuskan untuk kembali ke kelas saat
dikelas teman-temanya sudah ramai namun Embun heran sebab entah apa yang
membuat teman-temannya berkerumung yang membuatnya lebih tambah heran yaitu
teman-temannya berkerumung bangku tempatnya duduk dikelas. Embun pun kearah
bangkunya, ikut berbaur dengan temannya yang entah apa yang sedang mereka
saksikan.
“Ada apa ini?” Ucapnya saat sudah sampai di depan kursinya.
“Ini siska ketahuan kasi lem dikursi kamu.” Ucap salah satu murid
“Tapi yang kena ranti.” Ucap murid yang satunya lagi. Ranti merupakan teman
segeng Siska yang sedikit lemot atau kadang pikirannya terlalu polos.
“Kok bisa.” Ucap Embun heran.
“Gini tadi aku disuruh sama Siska buat ngecek kamu udah kena jebakan apa
enggak, ehh kamu malah enggak masuk kelas.”
“Terus aku capek nunggu kamu
jadinya aku duduk tapi akunya salah duduk malah duduk dibangku kamu yang udah
dikasi lem sama Siska tapi lebih tepatnya aku lupa kalau itu kursi kamu hehehe.”
Semua orang yang mendengar penjelasan Ranti tertawa
bahkan Embun juga ikut tertawa, Namun ia juga kasihan dengan Ranti. Embun pun
membantu Ranti yang sedari tadi sudah tak bisa berdiri karena lemnya begitu
melekat.
Tak lama pun akhirnya Ranti terbebas dari kondisi yang
dari tadi menyiksanya. Ranti pun meminta maaf kepada Embun atas semua
perlakuanya dari dulu ia sangat menyesal telah menuruti semua perkataan siska.
Sedangkan siska pun dihukum atas kejahilanya itu ia dihukum satu bulan
membersihkan toilet karena banyaknya kenakalan-kenakalan yang ia lakukan kepada
teman-temannya bukan hanya Embun namun banyak sekelasnya juga yang sering ia
Bully.
Semenjak kejadian itu Embun mulai sadar ternyata
kehadiran sosok yang selalu datang diwaktu yang tak terduga merupakan pertanda
bahwa Allah telah mengirimkan malaikat yang begitu baik menjaga bahkan
menghibur ditengah kesedihanya walau ia tak pernah bercerita bahkan mengucapkan
satu kata pun hanya dengan senyum yang tulus namun senyum itu mampu membuat
Embun kembali semangat. Itulah mengapa Embun sangat bersyukur atas kehadiran
sosok yang sangat misterius itu.
Embun sadar bahwa Allah swt memang selalu bersama
hambanya yang sabar dan selalu ada saat hambanya mebutuhkan. Allah swt selalu
memberikan bantuan baik perantara yang terlihat nyata bahkan yang tak nyata
sekali pun. Mungkin begitulah yang dirasakan Embun, ia pun mulai nyaman dengan
kehadiran sosok itu yang sekarang telah ia anggap sebagai Teman Dalam
Kesunyiannya.
#Tamat#