Istilah-
istilah Dalam Kajian Fonologi dan Contoh dari Morfofonemik
Oleh
Nama : MILA AMALYA MUNIR
Nim : 105331114216
Kelas :
BI/D
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
November , 2016
PEMBAHASAN
A.
Istilah-istilah
yang digunakan dalam kajian fonologi
1. Abjad
(alphabet)
Kumpulan tanda tulisan, disebut
huruf, yang masing-masing menggambarkan satu bunyi atau lebih, dan biasanya mempunyai urutan tetap. Contoh : A-Z
2. Abjad fonetis
(phonetic alphabet)
Abjad yang dipakai dalam
transkripsi fonetis. Misalnya abjad ipa
3. Ablaut
kantitatif (quantitative vowel gradation)
Ablaut yang menyangkut
penghilangan, pemendekan, atau pemanjangan vokal. Misalnya L. pater (nominatif) menjadi patris (genitif).
4. Abstrak
(abstract)
Secara fisik tidak berwujud.
Misalnya cinta adalah nomina abstrak.
5. Adverbia
(adverb)
Ata yang dipakai untuk memerikan
verba, ajektiva, proposisi, atau adverbia lain.
Contoh : sangat, lebih, tidak,
dsb.
6. Adverbia
ekstraklausal
Adverbial secara sintaksis
mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan secara semantik
mengungkapkan perihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan. Misalnya
barangkali, bukan, justru, memang, mungkin.
7. Adverbia
intraklausal
Adverbia yang berkonstruksi
dengan verba ajektiva, numeralia, atau adverbia
lain. Misalnya alangkah, agak, amat sangat.
8. Aferesis
(aphaeresis)
Penanggalan bunyi atau kata dari
awal sebuah ujaran. Missal selamat pagi! Menjadi pagi!
9. Afrikat
(affricate)
Bunyi hambat dengan penglepas
frikatif. Misalnya bunyi pertama pada cakap.
10. Bagian
kalimat (sentence part)
Kategori sintasis yang membentuk
konstituen kalimat. Misalnya subyek, predikat, obyek, dsb.
11. Bahasa
akusatif (accusative language)
Tipe bahasa yang mempunyai penanda
eksplisit untuk obyek langsung. Misalnya bahasa inggris yang mempunyai kalimat
seperti they killed him, kata him adalah bentuk akusatif dari kata he.
12. Bahasa
berprefiks (prefixing language)
Tipe bahasa yang mengungkapkan
hubungan gramatikal dengan penambahan prefiks pada alas atau dasar. Misalnya
bahasa bantu.
13. Bahasa
bersufiks (suffixing language)
Tipe bahasa yang mengungkapkan
hubungan gramatikaldengan sufiks. Misalnya bahasa latin, bahasa algonkin, dsb.
14. Bahasa
campuran (mixed language)
Alat komunikasi yang terjadi
karena pertukaran secara intensif unsur-unsur dari dua bahasa atau lebih.
Contoh bahasa campuran ialah pijin dan kreol.
15. Bahasa madya
(meso-language)
Bahasa purba dari suatu kelompok
dalam suatu keluarga bahasa yang mempunyai satu bahasa purba bersama. Misalnya:
Bahasa pAC
adalah bahasa madya, demikian pula bahasa pDF. Bahasa pAF adalah bahasa purba
bersama.
16. Ciri intralinguistik
(intralinguistic feature)
Cirri yang
menjadi perhatian utama linguistik. Misalnya cirri pembeda dari satuan
fonologis atau cirri makna.
17. Dasar (base)
Morfem yang
dapat diperluas dengan dibubuhi afiks. Misalnya juang dalam berjuang,
bandingkan dengan pangkal (stem).
18. De-ajektival (de-adjectival)
Berasal atau
dibentuk dari ajektiva. Misalnya kata pemalu berasal dari malu.
19. Dasar terikat (bound stem)
Morfem
terikat yang bukan afiks, yang dapat berdiri sebagai kata hanya bila bergabung
dengan morfem lain. Misalnya bahasa Indonesia juang, temu, dsb.
20. Demonstrativa (demonstrative)
Kata yang
dipakai untuk menunjuk atau menandai secara khusus orang atau benda. misalnya
ini, itu.
B.
Contoh dari
morfofonemik
1. PROSES
PERUBAHAN FONEM
Perubahan bunyi akan terjadi pada :
Perubahan bunyi akan terjadi pada :
a. Pertemuan
morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai oleh fonem atau bunyi /d/
dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing akan
terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/.
meN- + datang
meN- + survai
peN- + damar
peN- + supply
→ mendatang
→ mensurvei
→ pendamar
→ pensupply
b. Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /m/. Misalnya :
meN- + buru
meN- + fitnah
peM- + buang
peM- + fitnah
→ mensurvei
→ pendamar
→ pensupply
b. Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /m/. Misalnya :
meN- + buru
meN- + fitnah
peM- + buang
peM- + fitnah
→ memburu
→ memfitnah
→ pembuang
→ pemfitnah
→ memfitnah
→ pembuang
→ pemfitnah
c. Pertemuan
morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, j/, maka
fonem /N/ akan berubeh menadi /n/. Misalnya :
meN- + cakar
meN- + jajal
peN- + ceramah
peN- + jamu
meN- + cakar
meN- + jajal
peN- + ceramah
peN- + jamu
→ mencakar
→ menjajal
→ penceramah
→ penjamu
→ menjajal
→ penceramah
→ penjamu
d. Pertemuan
morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi awal /g, h, x/ dan
voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/. Misalnya :
meN- + garap
meN- + hasut
meN- + khayal
meN- + ambil
meN- + intip
meN- + ukur
meN- + ekor
meN- + orbit
peN- + garis
peN- + harum
peN- + khianat
peN- + angkat
peN- + isap
peN- + umpat
peN- + olah
meN- + hasut
meN- + khayal
meN- + ambil
meN- + intip
meN- + ukur
meN- + ekor
meN- + orbit
peN- + garis
peN- + harum
peN- + khianat
peN- + angkat
peN- + isap
peN- + umpat
peN- + olah
→ menggarap
→ menghasut
→ mengkhayal
→ mengambil
→ mengintip
→ mengukur
→ mengekor
→ mengorbit
→ penggaris
→ pengharum
→ pengkhianat
→ pengangkat
→ pengisap
→ pengumpat
→ pengolah
e. Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanya terjadi pada bentuk dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”.
→ menghasut
→ mengkhayal
→ mengambil
→ mengintip
→ mengukur
→ mengekor
→ mengorbit
→ penggaris
→ pengharum
→ pengkhianat
→ pengangkat
→ pengisap
→ pengumpat
→ pengolah
e. Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanya terjadi pada bentuk dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”.
Perhatikanlah :
ber- + ajar
per- + ajar
per- + ajar
→ belajar
→ pelajar
f. Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/ menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/. Misalnya :
→ pelajar
f. Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/ menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/. Misalnya :
duduk
/dudu?/ + ke-an
bedak /beda?/ + -i
bedak /beda?/ + -i
→ kedudukan
→ bedaki
→ bedaki
2. PROSES
PENAMBAHAN FONEM
Proses penambahan bunyi terjadi pada :
Proses penambahan bunyi terjadi pada :
a. Pertemuan
antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya fonem atau bunyi /?/
bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/. Misalnya :
-an + sapa
ke-an + sama
per-an + kata
ke-an + sama
per-an + kata
→ sapaan
→ kesamaan
→ perkataan
Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan diakhiri oleh vokal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan penambahan bunyi. Contoh :
→ kesamaan
→ perkataan
Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan diakhiri oleh vokal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan penambahan bunyi. Contoh :
peN-an +
tanda
peN-an + padu
peN-an + kaji
peN-an + sampai
peN-an + padu
peN-an + kaji
peN-an + sampai
→ penandaan
→ pemaduan
→ pengajian
→ penyampaian
→ pemaduan
→ pengajian
→ penyampaian
b. Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/. Misalnya :
-an + hari
ke-an + serasi
per-an + api
ke-an + serasi
per-an + api
→ harian
→ keserasian
→ perapian
→ keserasian
→ perapian
c. Pertemuan
antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang berkhir dengan fonem /u,
o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/. Misalnya :
-an + jamu
ke-an + lucu
per-an + sekutu
-an + kilo
ke-an + loyo
per-an + toko
ke-an + lucu
per-an + sekutu
-an + kilo
ke-an + loyo
per-an + toko
→ jamuan
→ kelucuan
→ persekutuan
→ kiloan
→ keloy
→ pertokoan
→ kelucuan
→ persekutuan
→ kiloan
→ keloy
→ pertokoan
3. PROSES
PENANGGALAN FONEM
Proses penanggalan atau penghilangan bunyi dapat terjadi atas :
Proses penanggalan atau penghilangan bunyi dapat terjadi atas :
a. Bunyi /N/
pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem tersebut dengan
bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan nasal. Misalnya
:
meN- + ramu
meN- + lucu
meN- + yakini
meN- + wangi
meN- + nyanyi
meN- + minyak
meN- + ngeong
meN- + nanti
peN- + rusak
peN- + lacak
peN- + yakin
peN- + wajib
peN- + nyala
peN- + mabuk
peN- + nanti
meN- + lucu
meN- + yakini
meN- + wangi
meN- + nyanyi
meN- + minyak
meN- + ngeong
meN- + nanti
peN- + rusak
peN- + lacak
peN- + yakin
peN- + wajib
peN- + nyala
peN- + mabuk
peN- + nanti
→ meramu
→ melucu
→ meyakini
→ mewangi
→ menyanyi
→ meminyak
→ mengeong
→ menanti
→ perusak
→ pelacak
→ peyakin
→ pewajib
→ penyala
→ pemabuk
→ penanti
→ melucu
→ meyakini
→ mewangi
→ menyanyi
→ meminyak
→ mengeong
→ menanti
→ perusak
→ pelacak
→ peyakin
→ pewajib
→ penyala
→ pemabuk
→ penanti
b. Fonem /r/
pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau berfonem awal
/r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/. Misalnya :
ber- +
rambut
ber- + serta
ber- + kerja
ter- + rasa
ter- + rayu
per- + ramal
per- + ramai
per- + serta
ber- + serta
ber- + kerja
ter- + rasa
ter- + rayu
per- + ramal
per- + ramai
per- + serta
→ berambut
→ beserta
→ bekerja
→ terasa
→ terayu
→ peramal
→ peramai
→ peserta
→ beserta
→ bekerja
→ terasa
→ terayu
→ peramal
→ peramai
→ peserta
Daftar
Pustaka
Kridalaksana,
Harimurti. 2008. Kamus linguistik. Jakarta:
gramedia pustaka utama.
donni040189.blogspot.co.id.2010.pengertian-morfologi-dan-morfofonemik.