Rabu, 16 Februari 2022

Mahir Menulis Puisi

 

Mahir Menulis Puisi

     Sampai sekarang sudah ratusan bahkan mungkin ribuan definisi puisi diajukan oleh banyak kalangan. Namun, sampai sekarang tidak ada satu pun definisi puisi yang bisa memuaskan semua kalangan. Banyak sebab mengapa orang tidak bisa sepakat tentang definisi puisi. Salah satunya adalah karena puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan selera dan perubahan konsep estetiknya. Pengertian puisi pada tahun 1920-an akan berbeda dengan zaman sesudahnya. Semangat zaman akan mengubah pengertian dan konsep estetika puisi.

     Altenbern mendefinisikan puisi sebagai "pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama (bermetrum)". Menurut Samuel Taylor Coleridge puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Untuk menyusun kata-kata yang terindah penyair melakukan pergulatan yang keras, memilih dan memilah kata sedemikian rupa sampai tercipta bangunan puisi dalam sebuah kesatuan yang utuh.

1. Mengenal Puisi

          Menurut kamus istilah sastra, Abdul Rasak Zaidan (1991) menuliskan pengertian apresiasi puisi adalah penghargaan atas puisi sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan dan penikmatan atas karya tersebut yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi itu. Dalam batasan ini, syarat untuk dapat mengapresiasi karya sastra adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya sastra sehingga seseorang:

a. Mengenal,

b. Memahami,

c. Menafsirkan,

d. Menghayati, dan

e. Menikmati karya sastra tersebut.

        Untuk mengapresiasi puisi, kita harus mengenal hal-hal yang membangun sebuah puisi, yaitu tema, nada dan suasana, perasaan, serta amanat dari puisi tersebut.

A. Tema Puisi

      Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema terkadang mengacu kepada penyair. Pembaca harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema sebuah puisi.

B. Nada dan Suasana Puisi

         Puisi juga mengungkapkan nada dan susunan kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius (sungguh-sungguh), patriotik, belas kasih (memelas), takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor (bergurau), mencemooh, karismatik, filosofis, khusyuk dan sebagainya.

C. Perasaan Puisi

         Perasaan puisi berhubungan dengan cara penyair mengungkapkan perasaannya. Nada dan perasaan penyair akan dapat kita tangkap jika puisi itu dibaca keras dalam pembacaan puisi atau deklamasi.

D. Alamat Puisi

          Amanat, Pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca atau pendengar setelah membaca atau mendengar pembacaan puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca atau pendengar.

2. Ungkapan, Peribahasa dan Gaya Bahasa dalam Puisi

A. Ungkapan

          Ungkapan adalah kata atau kelompok kata yang mempunyai makna khusus dan makna tersebut sudah disepakati oleh masyarakat pengguna bahasa tersebut. Contoh:

Buah tangan = Oleh-oleh

Bertekuk lutut =Menyerah

Buah bibir = Menjadi bahan pembicaraan

Kepala dingin = Tenang dan sabar

B. Peribahasa

          Peribahasa adalah kalimat atau kelompok kata yang tepat susunannya dan biasanya, mengiaskan maksud tertentu. Peribahasa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berikut.

1. Pepatah

            Pepatah adalah peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran.

Contoh: Hidup berakal mati beriman (Hendaknya kita berpanjang akal dalam mengerjakan sesuatu)

2. Perumpamaaan

        Perumpamaan adalah peribahasa dalam bentuk perbandingan, biasanya, dalam peribahasa tersebut digunakan kata seperti, ibarat, bagai, bak, laksana, dan umpama.

Contoh: Bagai itik pulang petang (Pekerjaan yang dikerjakan dengan santai)

3. Pameo

            Pameo adalah peribahasa yang dijadikan semboyan.

Contoh: Esa hilang, dua terbilang.

C. Majas

            Majas adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk memperoleh efek tertentu dari suatu benda atau hal dengan cara membandingkannya dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Dengan kata lain, penggunaan majas tertentu dapat mengubah serta menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu (Tarigan, 1995: 112). Menurut Perrine (dalam Waluyo, 1995: 83), penggunaan majas dipandang lebih efektif untuk menyatakan maksud penyair karena:

a. Majas mampu memberi kesenangan imajinatif;

b. Majas adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca;

c. Majas adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair;

d. Majas adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang singkat. Secara garis besar, majas dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar, seperti yang tampak dalam tabel berikut.

MAJAS


Perbandingan

Pertentangan

Pertautan

Perulangan

  • Perumpamaan

  • Hiperbola

  • Metonomia

  • Repetisi

  • Metafora

  • Litotes

  • Sinekode

  • Aliterasi

  • Personifikasi

  • Ironi

  • Eufimisme


  • Alegori