Rabu, 15 Mei 2019

Makalah tata kalimat Bahasa Indonesia | Sintaksis


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Dalam  kehidupan  manusia  membutuhkan  komunikasi,  dan  bahasa dibutuhkan  manusia  di  dalam berkomunikasi.  Komunikasi  yang  berlangsung dapat  secara  lisan  maupun  tulisan.  Kedua  bentuk  komunikasi  ini  tentunya membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai untuk menghasilkan sebuah komunikasi  yang efektif  dan efisien.  Efektifitas  dan efisiensi  dalam berbahasa akan sangat  dipengaruhi  oleh  keterampilan  berbahasa  khususnya  keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna kata sebagai  penyusun kalimat  tersebut,  yang selanjutnya  akan membentuk sebuah frasa,  klausa,  dan  pada  akhirnya  terbentuklah  sebuah  kalimat  untuk berkomunikasi.  Sehingga  pentinglah  pemahaman  mengenai  sintaksis  sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.
Bagi  guru  sekolah  dasar,  memiliki  keterampilan  berbahasa  merupakan suatu  modal  untuk  mengembangkan  kompetensi  siswa-siwanya  dalam berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa Indonesia sudah tentu  menjadi  suatu  kebutuhan  dasar.  Untuk  itulah  dalam makalah  ini  kami membahas mengenai  sintaksis beserta struktur internal  kalimatnya yang berupa frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri.

B.   Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami  membatasi  permasalahan, yang bertujuan agar  pengkajiannya  lebih  terarah  dan  tepat  sasaran.  Adapun  rumusan  masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian dari sintaksis?
2.      Apa saja yang menjadi Wilayah Kajian Sintaksis dalam sebuah kalimat?





C.   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sintaksis.
2.      Untuk mengetahui apa saja yang menjadi wilayah kajian dalam pembahasan sintaksis.

D.   Metode Pemecahan Masalah
Berdasarkan  permasalahan  yang  ada,  maka  dalam pemecahan masalah kami  menitik beratkan kepada  studi  kepustakaan dengan mencari  buku sumber yang relevan dengan pembahasan masalah.  Selain itu,  kami  juga mencari  data yang menunjang dari media komunikasi elektronik yakni internet. Kemudian kami mengolah data dengan cara memilih data yang sesuai dan mendekati kebenaran.

































BAB II
SINTAKSIS
( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

A.   Pengertian Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan  kata  tattein yang  berarti  “menempatkan”.  Jadi,  secara  etimologi  berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Manaf  (2009:3)  menjelaskan  bahwa  sintaksis  adalah  cabang  linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.

B.   Wilayah Kajian Sintaksis
Yang menjadi  wilayah kajian sintaksis  adalah struktur  internal  kalimat yakni frasa, klausa dan kalimat itu sendiri. Berikut dijelaskan secara lebih rinci.
                       1.        Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata  yang mengisi  salah satu fungsi  sintaksis  didalam kalimat (Chaer, 2003:222). Perhatikan contoh-contoh berikut.
a.       bayi sehat
b.      baju lama
c.       tempat duduk
d.      pisang goreng
e.       baru datang
f.       sedang membaca
Satuan bahasa bayi sehat, pisang goreng, baru datang, dan sedang membaca adalah frasa karena satuan bahasa itu tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono (2007:140) membedakan frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva, frasa pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Berikut ini dijelaskan satu persatu jenis frasa.
a.      Frasa verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal terdiri dari tiga jenis yakni sebagai berikut.
1)      Frasa verbal modifikatif (pewatas) yang dibedakan menjadi.
a)      Pewatas belakang, seperti contoh berikut ini.
-          Ia bekerja keras sepanjang hari.
-          Orang itu bekerja cepat setiap hari.
b)      Pewatas depan, seperti contoh berikut ini.
-          Kami akan menyanyikan lagu kebangsaan.
-          Mereka pasti menyukai makanan itu.
2)      Frasa  verbal  koordinatif  yaitu  dua  verba  yang  disatukan  dengan  kata penghubung dan atau atau, seperti contoh berikut ini.
a)      Mereka mencuci dan menjemur pakaiannya.
b)      Kita  pergi atau menunggu ayah.
3)      Frasa  verbal  apositif  yaitu  sebagai  keterangan  yang  ditambahkan  atau diselipkan. Contohnya adalah sebagai berikut.
a)      Aie Pacah,  tempat  tinggal  saya,  akan menjadi  pusat  pemerintahan kota Padang.
b)      Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
b.      Frasa Adjektival
Frasa adjektival  adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi  menerangkan  seperti  agak,  dapat,  harus,  kurang,  lebih,  paling,  dan sangat. Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1)      Frasa adjektival modifikatif (membatasi), contohnya adalah sebagai berikut.
-          Tampan nian kekasih barumu.
-          Hebat benar kelakuannya.
2)      Frasa  adjektival  koordinatif  (menggabungkan),  contohnya  adalah  sebagai berikut.
-          Setelah pindah, dia aman tentram di rumah barunya.
-          Dia menginginkan pria yang tegap kekar untuk menjadi suaminya.
3)      Frasa adjektival apositif seperti contoh berikut ini.
-          Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
-          Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas.
c.       Frasa Nominal
Frasa  nominal  adalah  kelompok  kata  benda  yang  dibentuk  dengan  memperluas sebuah kata benda.  Frasa nominal dibagi menjadi tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1)      Frasa nominal modifikatif (mewatasi), misalnya rumah mungil, hari minggu, bulan pertama. Contohnya seperti berikut ini.
-          Pada hari minggu layanan pustaka tetap dibuka.
-          Pada bulan pertama setelah menikah, mereka sudah mulai bertengkar.
2)      Frasa  nominal  koordinatif  (tidak  saling  menerangkan),  misalnya  hak  dan kewajiban,  dunia  akhirat,  lahir  bathin,  serta  adil  dan  makmur.  Contohnya seperti berikut ini. Seorang  PNS  harus  memahami  hak  dan  kewajiban  sebagai  aparatur negara. Setiap orang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat.
3)      Frasa nominal apositif, contohnya seperti berikut ini.
-          Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di Universitasnya.
-          Burung Cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
d.      Frasa adverbial
Frasa adverbial  adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu.
1)      Frasa adverbial yang bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai, kurang pandai, hampir baik, dan pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut ini.
-          Dia kurang pandai bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.
-          Kemampuan siswa saya dalam mengarang berada pada kategori  hampir baik.
2)      Frasa  adverbial  yang  bersifat  koordinatif   (tidak  saling  menerangkan), contohnya seperti berikut ini. Jarak rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer.
e.       Frasa Pronominal
Frasa  pronominal  adalah frasa  yang dibentuk dengan kata  ganti. Frasa pronominal terdiri dari tiga jenis yaitu seperti berikut ini.
1)      Frasa pronominal modifikatif, contohnya seperti berikut.
-          Kami semua dimarahi guru karena meribut.
-          Mereka berdua minta izin karena mengikuti perlombaan.
2)      Frasa pronominal koordinatif, contohnya seperti berikut.
-          Aku dan kau suka dancow.
-          Saya dan dia sudah lama tidak bertegur sapa.
3)      Frasa pronominal apositif, contohnya seperti berikut.
-          Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang terhadap korupsi.
-          Mahasiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.
f.       Frasa Numeralia
Frasa  numeralia  adalah  kelompok  kata  yang  dibentuk  dengan  kata bilangan. Frasa numeralia terdiri dari dua jenis yaitu.
1)      Frasa numeralia modifikatif, contohnya seperti di bawah ini.
-          Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
-          Orang itu menyumbang pembangunan jalan dua juta rupiah.
-          Enam ikat rambutan sudah terjual.
2)      Frasa numeralia koordinatif, contohnya seperti di bawah ini.
-          Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
-          Entah tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang saya.
-          Saat  berlibur ke Pangandaran, aku berusaha mengingat  itu liburan yang kelima atau keenam kalinya.
g.      Frasa Introgativa koordinatif
Frasa introgativa koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya. Contohnya seperti berikut ini.
-          Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
-          Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan pertanda jawaban prediket.
h.      Frasa Demonstrativa koordinatif
Frasa demonstrativa koordinatif  adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut ini.
-          Saya bekerja di sana atau di sini sama saja.
-          Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.
i.        Frasa Proposional Koordinatif
Frasa proposional  koordinatif  dibentuk dari  kata depan dan tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut. Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam. Koperasi dari, oleh dan untuk anggota.


                  2.            Klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata  yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat.  (Manaf,  2009:13)  menjelaskan  bahwa  yang  membedakan  klausa  dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi  final,  sedangkan klausa tidak diakhiri  intonasi  final.  Intonasi  final  itu dapat  berupa  intonasi  berita,  tanya,  perintah,  dan kagum.  Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
a.    Klausa kalimat majemuk setara
Dalam  kalimat  majemuk  setara  (koordinatif),  setiap  klausa  memiliki  kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan. Contohnya sebagai berikut.
-          Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas.  Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
b.    Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat  majemuk  bertingkat  dibangun  dengan  klausa  yang  berfungsi  menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut.
-          Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai  klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).
c.    Klausa  gabungan  kalimat  majemuk  setara  dan  kalimat  majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini.
-          Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu. Dia pindah ke Jakarta (klausa utama) Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan) Ibunya kawin lagi (klausa sematan) Dia  pindah  ke  Jakarta  setelah  ayahnya  meninggal.  (Kalimat  majemuk bertingkat). Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
                  3.            Kalimat
Kalimat  adalah satuan bahasa terkecil  yang merupakan kesatuan pikiran  (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai  ciri  sebagai  berikut:  (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan  frasa,  yang  minimal  berupa  sebuah  klausa  bebas  yang  minimal mengandung satu subjek dan prediket, (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan  awal,  diselingi  atau  tidak  diselingi  oleh  kesenyapan  antara  dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi  final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
a.      Ciri-ciri kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
-          Dalam  bahasa  lisan  diawali  dengan  kesenyapan  dan  diakhiri  dengan kesenyapan. 
-          Dalam bahasa  tulis  diawali  dengan huruf  kapital  dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
-          Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
-          Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
-          Mengandung pikiran yang utuh.
-          Mengandung urutan logis,  setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
-          Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
-          Dalam paragraf  yang  terdiri  dari  dua  kalimat  atau  lebih,  kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
b.      Fungsi sintaksis dalam kalimat
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua  kalimat  harus  mengandung  semua  fungsi  sintaksis  itu.  Unsur  fungsi sintaksis  yang  harus  ada  dalam setiap  kalimat  adalah  subjek  dan  prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
1)      Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu  dibicarakan atau dijelaskan  oleh fungsi  sintaksis  lain,  yaitu prediket.  Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
- Jawaban apa atau siapa, dapat didahului oleh kata bahwa, berupa kata atau frasa benda (nomina).
- Dapat diserta kata ini atau itu, dapat disertai pewatas yang, tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain, tidak dapat  diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat  diingkarkan dengan kata bukan. Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.

Adik bermain.
  S         P
Ibu memasak.
  S        P

2)      Predikat
Predikat  merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat  atau subjek.  Hubungan predikat  dan pokok kalimat  dapat  dilihat  pada contoh-contoh di bawah ini.

Adik bermain.
     S        P
Adik adalah pokok kalimat bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.

Ibu memasak.
     S        P
Ibu adalah pokok kalimat memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat. Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat, dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek, prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba, dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah, prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah, prediket dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).

3)      Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba  transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif  pengisi  predikat  yang mendahuluinya seperti  yang terlihat  pada contoh di bawah ini.

Dosen menerangkan materi.
    S              P               O
menerangkan adalah verba transitif.

 Ibu menyuapi adik.
 S         P          O
Menyuapi adalah verba transitif.

Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut:

Ayah membaca koran.
   S           P           O
Koran adalah nomina.

Adik memakai tas baru.
    S          P            O
Tas baru adalah frasa nominal
b)      Berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut:

Ibu memarahi kakak.
   S         P           O
Guru membacakan pengumuman.
    S             P                    O

c)      Dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut:

Kepala sekolah mengundang wali murid.
          S                     P                 O
Kepala sekolah mengundangnya.
        S                    P          O

d)     objek  dapat  menggantikan  kedudukan  subjek  ketika  kalimat  aktif  transitif dipasifkan, seperti contoh berikut:

Ani membaca buku.
   S        P           O
Buku dibaca Ani.
  S        P     Pel.

4)      Pelengkap
Pelengkap  adalah  unsur  kalimat  yang  berfungsi  melengkapi  informasi,  mengkhususkan  objek,  dan  melengkapi  struktur  kalimat.  Pelengkap  (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi  oleh nomina atau frasa nominal  dan keduanya berpotensi  untuk berada langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.

Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.
      S              P            pel.         ket.

Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.
      S              P         O           ket.

Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat  pasif yang diisi  oleh verba yang dilekati  oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut.

Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi.
     S             P           Pel.        Ket.
Buku dibaca Ani.
    S       P      Pel.

b)      Kelengkap merupakan fungsi kalimat  yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.

Ayah membelikan adik mainan.
   S            P            O        Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif.

c)      Pelengkap merupakan unsur kalimat  yang kehadirannya mengikuti  predikat yang diisi  oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi,  seperti  contoh berikut.

Budi menjadi siswa teladan.
     S        P               Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua bangsa.
      S               P                 Pel.

d)     dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat,  tetapi  kalau  predikat  diikuti  oleh  objek,  pelengkap  berada  dibelakang objek, seperti pada contoh berikut.


Pak Ali berdagang buku bekas.
   S            P               Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab.
  S           P            O     Pel.

e)      pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.

Ibu memanggil adik.
  S          P           O
Ibu memanggilnya.
  S          P         O

Pak Samad berdagang rempah.
      S               P            Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)

f)       satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut.

Pancasila merupakan dasar negara.
      S               P                Pel.
Dasar negara dirupakan pancasila (?)

5)      Keterangan
Keterangan adalah unsur  kalimat  yang memberikan keterangan kepada  seluruh  kalimat.  Sebagian besar  unsur  keterangan merupakan unsur  tambahan dalam kalimat.  Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.

Ibu membeli kue di pasar.
 S        P        O   Ket. Tempat

Ayah menonton TV tadi pagi.
   S          P          O    Ket. waktu

Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)      umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.

Saya membeli buku.
  S         P          O
Saya membeli buku di Gramedia.
   S          P          O     Ket. Tempat

b)      keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.

Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati.
  S         P                O                  Ket. Cara
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu.
  Ket. cara             S         P                O

c)      keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut.

Rifi datang kemarin.
  S      P      Ket. Waktu
Ibu berangkat kemarin sore.
  S        P          Ket. waktu

Manaf (2009:51) membedakan keterangan berdasarkan maknanya seperti dijelaskan berikut.

a)      Keterangan tempat
Keterangan tempat  adalah keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan tempat diawali oleh preposisi di,  ke, dari (di) dalam,  seperti contoh berikut.

Ayah pulang dari kantor.
  S        P        Ket, tempat
Irfan bermain bola di lapangan.
   S         P         O   Ket. Tempat

b)      Keterangan waktu
Keterangan  waktu  adalah  keterangan  yang  mengandung  makna  waktu. Keterangan waktu diawali  oleh preposisi  pada,  dalam,  se-, sepanjang,  selama, sebelum,  sesudah.  Selain  itu  ada  keterangan  waktu  yang  tidak  diawali  oleh preposisi,  misalnya  sekarang,  besok,  kemarin,  nanti.  Keterangan waktu dalam kalimat seperti contoh berikut.

Dia akan datang pada hari ini.
  S           P          Ket. Waktu
Dia menderita sepanjang hidupnya.
  S          P           Ket. waktu

c)      Keterangan alat
Keterangan  alat  adalah  keterangan  yang  mengandung  makna  alat. Keterangan alat diawali oleh preposisi dengan dan tanpa. Keterangan alat dalam kalimat seperti contoh berikut.
Ibu menghaluskan bumbu dengan blender.
 S           P                 O         Ket. Alat
Kue itu dibuat tanpa cetakan.
    S         P       Ket. alat

d)     Keterangan cara
Keterangan cara adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya, bermakna cara dalam melakukan kegiatan tertentu. Keterangan cara ditandai oleh preposisi dengan, secara, dengan cara, dengan jalan, tanpa. Pemakaian keterangan cara dalam kalimat seperti contoh berikut.

Dia memasuki rumah kosong itu dengan hati-hati.
  S         P                   O                    Ket. Cara
Habib mengendarai sepedanya dengan pelan-pelan.
   S              P                 O              Ket. cara

e)      Keterangan tujuan
Keterangan  tujuan  adalah  keterangan  yang  dalam  hubungan  antar unsurnya mengandung makna tujuan. Keterangan tujuan ditandai  oleh preposisi agar,  supaya,  untuk,  bagi,  demi.  Pemakaian  keterangan  tujuan  dalam kalimat seperti contoh berikut.

Arif giat belajar agar naik kelas.
  S            P             Ket. Tujuan
Adonan itu diaduk supaya cepat kembang.
    S               P            Ket. tujuan

f)       Keterangan penyerta
Keterangan  penyerta  adalah  keterangan  yang  berdasarkan  relasi   antar unsurnya yang membentuk makna penyerta.  Keterangan penyerta ditandai oleh preposisi dengan, bersama, beserta seperti yang terdapat dibawah ini.

Mahasiswa pergi studi banding bersama dosen.
   S           P               Pel        Ket. Penyerta
Orang itu pindah bersama anak isterinya.
    S           P             Ket. penyerta



g)      Keterangan perbandingan
Keterangan  perbandingan  adalah  keterangan  yang  relasi  antarunsurnya membentuk  makna  perbandingan.  Keterangan  perbandingan  ditandai  oleh preposisi seperti, bagaikan, laksana, seperti contoh berikut ini.

Dia gelisah seperti cacing kepanasan.
  S       P          Ket. Perbandingan
Suara orang itu keras bagaikan halilintar.
        S                  P         Ket. Perbandingan

h)      Keterangan sebab
Keterangan  sebab  adalah  keterangan  yang  relasi  antarunsurnya  membentuk makna sebab. Keterangan sebab dtandai oleh konjungtor sebab dan karena, seperti contoh berikut.

Sebagian besar rumah rusak karena gempa.
     S                    P                   Ket. Sebab
Rakyat semakin menderita karena harga beras semakin naik.
  S                    P                               Ket. sebab

i)        Keterangan akibat
Keterangan  akibat  adalah  keterangan  yang  relasi  antarunsurnya membentuk makna akibat.  Keterangan akibat ditandai oleh konjungtor sehingga dan akibatnya, seperti contoh berikut ini.

Dia sering berbohong sehingga temannya tidak percaya kepadanya.
   S               P                                            Ket. Akibat
Hutan lindung ditebang akibatnya sering terjadi tanah longsor.
    S                 P                         Ket. Akibat



j)        Keterangan syarat
Keterangan  syarat  adalah  keterangan  yang  relasi  antarunsurnya  membentuk makna syarat.  Keterangan syarat  ditandai  oleh konjungtor jika dan apabila, seperti contoh berikut ini.

Saya akan datang jika dia mengundang saya.
    S            P                     Ket. Syarat
Jika para pemimpin Indonesia jujur, rakyat akan sejahtera.
        Ket. Syarat                         S              P

k)       Keterangan pengandaian
Keterangan  pengandaian  adalah  keterangan  yang  relasi  antarunsurnya membentuk  makna  pengandaian.  Keterangan  pengandaian  ditandai  oleh konjungtor andaikata, seandainya dan andaikan, seperti contoh berikut ini.

Andaikan bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong.
     Ket. Pengandaian             S               P
Seandainya saya orang kaya, saya akan membantu orang miskin.  
        Ket. pengandaian           S                P                    O

l)        Keterangan atributif
Keterangan  atributif  adalah  keterangan  yang  relasi  antarunsurnya membentuk makna penjelasan dari  suatu nomina.  Keterangan atibutif  ditandai oleh konjungtor yang, seperti contoh berikut ini.

Mahasiswa yang indeks prestasinya paling tinggi mendapat beasiswa. Ket. Atributif (S)                                P                            O
Bapak yang berbaju hijau itu adalah dosen saya.
     Ket. Atributif (S)            P                O



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sintaksis  adalah  cabang  linguistik  yang  membahas  struktur  internal  kalimat. Sehingga yang menjadi wilayah kajian sintaksis adalah struktur internal kalimat yang berupa frasa, klausa, dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata  yang mengisi  salah satu fungsi  sintaksis  didalam kalimat.  Klausa  adalah  sebuah  konstruksi  yang  di  dalamnya  terdapat beberapa  kata  yang  mengandung  unsur  predikatif.  Klausa  berpotensi  menjadi kalimat, hanya saja yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final.  Sedangkan kalimat itu sendiri adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.

B.   Saran
Berdasarkan  kesimpulan  di  atas,  penulis  menyarankan  kepada  para  pembaca  khususnya kepada mahasiswa  yang mengambil  jurusan PGSD Kelas jenjang S1 untuk dapat  meningkatkan pemahamannya mengenai  sintaksis (tata kalimat  Bahasa Indonesia)  guna terwujudnya pelaksanaan proses  pembelajaran yang baik khususnya pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar. Kami  pun menyadari  makalah ini  masih memiliki  banyak kekurangan, oleh  sebab  itu  kami  menyarankan  kepada  para  pembaca  untuk  tetap  terus menggali  sumber-sumber  yang  menunjang  terhadap  pembahasan  makalah  ini untuk perbaikan yang akan datang.





DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf,  Ngusman Abdul,  2009.  Sintaksis: Teori  dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar