BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia
membutuhkan komunikasi, dan
bahasa dibutuhkan manusia di
dalam berkomunikasi. Komunikasi yang
berlangsung dapat secara
lisan maupun tulisan.
Kedua bentuk komunikasi
ini tentunya membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai untuk
menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif
dan efisien. Efektifitas dan efisiensi
dalam berbahasa akan sangat dipengaruhi
oleh keterampilan berbahasa
khususnya keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk
berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna
kata
sebagai
penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan membentuk sebuah frasa, klausa,
dan pada akhirnya
terbentuklah sebuah kalimat
untuk berkomunikasi.
Sehingga pentinglah pemahaman
mengenai sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu
bahasa untuk diketahui para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi
efektif dan efisien.
Bagi guru sekolah dasar,
memiliki keterampilan berbahasa
merupakan suatu modal
untuk mengembangkan kompetensi
siswa-siwanya dalam berkomunikasi,
pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa Indonesia sudah tentu menjadi
suatu kebutuhan dasar.
Untuk itulah dalam makalah
ini kami membahas mengenai sintaksis beserta struktur internal kalimatnya yang berupa frasa, klausa, dan
kalimat itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami membatasi
permasalahan, yang bertujuan agar pengkajiannya
lebih terarah dan
tepat sasaran. Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari sintaksis?
2. Apa saja yang menjadi Wilayah Kajian Sintaksis dalam sebuah
kalimat?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sintaksis.
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi wilayah kajian dalam
pembahasan sintaksis.
D.
Metode Pemecahan
Masalah
Berdasarkan permasalahan
yang ada, maka
dalam pemecahan masalah kami
menitik beratkan kepada studi kepustakaan dengan mencari buku sumber yang relevan dengan pembahasan
masalah. Selain itu, kami
juga mencari data yang menunjang
dari media komunikasi elektronik yakni internet. Kemudian kami mengolah data
dengan cara memilih data yang sesuai dan mendekati kebenaran.
BAB II
SINTAKSIS
( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )
A.
Pengertian Sintaksis
Kata
sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein
yang berarti “menempatkan”. Jadi,
secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat. Manaf
(2009:3) menjelaskan bahwa
sintaksis adalah cabang
linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal
kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.
B.
Wilayah Kajian
Sintaksis
Yang
menjadi wilayah kajian sintaksis adalah struktur internal
kalimat yakni frasa, klausa dan kalimat itu sendiri. Berikut dijelaskan
secara lebih rinci.
1.
Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis didalam kalimat (Chaer, 2003:222). Perhatikan
contoh-contoh berikut.
a.
bayi sehat
b.
baju lama
c.
tempat duduk
d.
pisang goreng
e.
baru datang
f.
sedang membaca
Satuan bahasa bayi sehat,
pisang goreng, baru datang, dan sedang membaca adalah frasa karena satuan
bahasa itu tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono (2007:140)
membedakan frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva,
frasa pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa
koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional
koordinatif. Berikut ini dijelaskan satu persatu jenis frasa.
a.
Frasa verbal
Frasa verbal adalah kelompok
kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal terdiri dari tiga jenis
yakni sebagai berikut.
1) Frasa verbal modifikatif (pewatas) yang dibedakan menjadi.
a) Pewatas belakang, seperti contoh berikut ini.
-
Ia bekerja keras sepanjang
hari.
-
Orang itu bekerja cepat
setiap hari.
b) Pewatas depan, seperti contoh berikut ini.
-
Kami akan menyanyikan lagu
kebangsaan.
-
Mereka pasti menyukai
makanan itu.
2) Frasa verbal koordinatif
yaitu dua verba
yang disatukan dengan
kata penghubung dan atau atau, seperti contoh berikut ini.
a) Mereka mencuci dan menjemur pakaiannya.
b) Kita pergi atau menunggu
ayah.
3) Frasa verbal apositif
yaitu sebagai keterangan
yang ditambahkan atau diselipkan. Contohnya adalah sebagai
berikut.
a) Aie Pacah, tempat tinggal
saya, akan menjadi pusat
pemerintahan kota Padang.
b) Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
b. Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan
kata sifat atau keadaan sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata
lain yang berfungsi menerangkan seperti
agak, dapat, harus,
kurang, lebih, paling,
dan sangat. Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti yang
dijelaskan berikut ini.
1)
Frasa adjektival modifikatif
(membatasi), contohnya adalah sebagai berikut.
-
Tampan nian kekasih barumu.
-
Hebat benar kelakuannya.
2)
Frasa adjektival
koordinatif (menggabungkan), contohnya
adalah sebagai berikut.
-
Setelah pindah, dia aman
tentram di rumah barunya.
-
Dia menginginkan pria yang
tegap kekar untuk menjadi suaminya.
3) Frasa adjektival apositif seperti contoh berikut ini.
-
Srikandi cantik, ayu
rupawan, diperistri oleh Arjuna.
-
Skripsi yang berkualitas,
terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas.
c. Frasa Nominal
Frasa nominal
adalah kelompok kata
benda yang dibentuk
dengan memperluas sebuah kata
benda. Frasa nominal dibagi menjadi tiga
jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1)
Frasa nominal modifikatif
(mewatasi), misalnya rumah mungil, hari minggu, bulan pertama. Contohnya seperti
berikut ini.
-
Pada hari minggu layanan
pustaka tetap dibuka.
-
Pada bulan pertama setelah
menikah, mereka sudah mulai bertengkar.
2)
Frasa nominal
koordinatif (tidak saling
menerangkan), misalnya hak
dan kewajiban, dunia akhirat,
lahir bathin, serta
adil dan makmur.
Contohnya seperti berikut ini. Seorang
PNS harus memahami
hak dan kewajiban
sebagai aparatur negara. Setiap
orang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat.
3) Frasa nominal apositif, contohnya seperti berikut ini.
-
Anton, mahasiswa teladan
itu, kini menjadi dosen di Universitasnya.
-
Burung Cendrawasih, burung
langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
d. Frasa adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan
keterangan kata sifat. Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu.
1)
Frasa adverbial yang
bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai, kurang pandai, hampir
baik, dan pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut ini.
-
Dia kurang pandai bergaul di
lingkungan tempat tinggalnya.
-
Kemampuan siswa saya dalam
mengarang berada pada kategori hampir baik.
2) Frasa adverbial yang
bersifat koordinatif (tidak
saling menerangkan), contohnya
seperti berikut ini. Jarak rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer.
e. Frasa Pronominal
Frasa pronominal
adalah frasa yang dibentuk dengan
kata ganti. Frasa pronominal terdiri
dari tiga jenis yaitu seperti berikut ini.
1)
Frasa pronominal
modifikatif, contohnya seperti berikut.
-
Kami semua dimarahi guru
karena meribut.
-
Mereka berdua minta izin
karena mengikuti perlombaan.
2) Frasa pronominal koordinatif, contohnya seperti berikut.
-
Aku dan kau suka dancow.
-
Saya dan dia sudah lama
tidak bertegur sapa.
3) Frasa pronominal apositif, contohnya seperti berikut.
-
Kami, bangsa Indonesia,
menyatakan perang terhadap korupsi.
-
Mahasiswa, para pemuda, siap
menjadi pasukan anti korupsi.
f.
Frasa Numeralia
Frasa numeralia
adalah kelompok kata
yang dibentuk dengan
kata bilangan. Frasa numeralia terdiri dari dua jenis yaitu.
1)
Frasa numeralia modifikatif,
contohnya seperti di bawah ini.
-
Mereka memotong dua puluh
ekor sapi kurban.
-
Orang itu menyumbang
pembangunan jalan dua juta rupiah.
-
Enam ikat rambutan sudah
terjual.
2) Frasa numeralia koordinatif, contohnya seperti di bawah ini.
-
Lima atau enam orang
bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
-
Entah tiga, entah empat kali
dia sudah meminjam uang saya.
-
Saat berlibur ke Pangandaran, aku berusaha
mengingat itu liburan yang kelima atau
keenam kalinya.
g. Frasa Introgativa koordinatif
Frasa introgativa
koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya. Contohnya seperti
berikut ini.
-
Jawaban apa atau siapa
merupakan ciri subjek kalimat.
-
Jawaban mengapa atau
bagaimana merupakan pertanda jawaban prediket.
h. Frasa Demonstrativa koordinatif
Frasa demonstrativa
koordinatif adalah frasa yang dibentuk
dengan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut ini.
-
Saya bekerja di sana atau di
sini sama saja.
-
Saya memakai baju ini atau
itu tidak masalah.
i.
Frasa Proposional
Koordinatif
Frasa proposional koordinatif
dibentuk dari kata depan dan
tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut. Perjalanan kami dari dan
ke Bandung memerlukan waktu enam jam. Koperasi dari, oleh dan untuk anggota.
2.
Klausa
Klausa adalah sebuah
konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf,
1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat.
(Manaf, 2009:13) menjelaskan
bahwa yang membedakan
klausa dan kalimat adalah
intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final,
sedangkan klausa tidak diakhiri
intonasi final. Intonasi
final itu dapat berupa
intonasi berita, tanya,
perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai
berikut.
a.
Klausa kalimat majemuk
setara
Dalam kalimat
majemuk setara (koordinatif), setiap
klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat majemuk
koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling
menerangkan. Contohnya sebagai berikut.
-
Rima membaca kompas, dan
adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca
kompas. Klausa kedua adiknya bermain
catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
b.
Klausa kalimat majemuk
bertingkat
Kalimat majemuk
bertingkat dibangun dengan
klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai
berikut.
-
Orang itu pindah ke Jakarta
setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa orang itu pindah ke Jakarta
sebagai klausa utama (lazim disebut
induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan
klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).
c.
Klausa gabungan
kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri
dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini.
-
Dia pindah ke Jakarta
setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
Kalimat di atas terdiri dari
tiga klausa yaitu. Dia pindah ke Jakarta (klausa utama) Setelah ayahnya
meninggal (klausa sematan) Ibunya kawin lagi (klausa sematan) Dia pindah
ke Jakarta setelah
ayahnya meninggal. (Kalimat
majemuk bertingkat). Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat
majemuk setara)
3.
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih
menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis.
Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri
sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas
gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa,
yang minimal berupa
sebuah klausa bebas
yang minimal mengandung satu
subjek dan prediket, (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal,
diselingi atau tidak
diselingi oleh kesenyapan
antara dan diakhiri dengan
kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya,
intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan
bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma
(,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?),
atau tanda seru (!).
a. Ciri-ciri kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
-
Dalam bahasa
lisan diawali dengan
kesenyapan dan diakhiri
dengan kesenyapan.
-
Dalam bahasa tulis
diawali dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
-
Sekurang-kurangnya terdiri
dari atas subjek dan prediket.
-
Predikat transitif disertai
objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
-
Mengandung pikiran yang
utuh.
-
Mengandung urutan
logis, setiap kata atau kelompok kata
yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam
satuan menurut fungsinya.
-
Mengandung satuan makna,
ide, atau pesan yang jelas.
-
Dalam paragraf yang
terdiri dari dua
kalimat atau lebih,
kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling
berhubungan.
b. Fungsi sintaksis dalam kalimat
Fungsi sintaksis pada
hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa
tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket
(P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat
harus mengandung semua
fungsi sintaksis itu.
Unsur fungsi sintaksis yang
harus ada dalam setiap
kalimat adalah subjek
dan prediket, sedangkan unsur
lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam
kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
1)
Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat
itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi
sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
- Jawaban apa atau siapa, dapat didahului oleh kata bahwa, berupa
kata atau frasa benda (nomina).
- Dapat diserta kata ini atau itu, dapat disertai pewatas yang, tidak
didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain, tidak
dapat diingkarkan dengan kata tidak,
tetapi dapat diingkarkan dengan kata
bukan. Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain.
S P
Ibu memasak.
S P
2)
Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau
menjelaskan pokok kalimat atau
subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat
dilihat pada contoh-contoh di
bawah ini.
Adik bermain.
S P
Adik adalah pokok kalimat bermain adalah yang menjelaskan pokok
kalimat.
Ibu memasak.
S P
Ibu adalah pokok kalimat memasak
adalah yang menjelaskan pokok kalimat. Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
Bagian kalimat yang
menjelaskan pokok kalimat, dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung
di belakang subjek, prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba, dalam
kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah, prediket merupakan
unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah, prediket dapat merupakan jawaban
dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok
kalimat).
3) Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh
verba transitif pengisi predikat dalam
kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi
predikat yang mendahuluinya
seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi.
S P O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu
menyuapi adik.
S P O
Menyuapi adalah verba transitif.
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut:
Ayah membaca koran.
S
P O
Koran adalah nomina.
Adik memakai tas baru.
S P O
Tas baru adalah frasa nominal
b) Berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba
transitif) seperti contoh berikut:
Ibu memarahi kakak.
S P O
Guru membacakan pengumuman.
S P O
c) Dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut:
Kepala sekolah mengundang wali murid.
S P O
Kepala sekolah mengundangnya.
S
P O
d) objek dapat menggantikan
kedudukan subjek ketika
kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh berikut:
Ani membaca buku.
S P O
Buku dibaca Ani.
S P
Pel.
4) Pelengkap
Pelengkap adalah
unsur kalimat yang
berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan
objek, dan melengkapi
struktur kalimat. Pelengkap
(pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat. Kemiripan
antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.
Bu Minah berdagang sayur di
pasar pagi.
S P pel. ket.
Bu Minah menjual sayur di
pasar pagi.
S P O ket.
Pelengkap mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Kehadirannya dituntut oleh
predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan
predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh
berikut.
Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi.
S P Pel. Ket.
Buku dibaca Ani.
S P
Pel.
b)
Kelengkap merupakan fungsi
kalimat yang kehadirannya dituntut oleh
verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan.
S P O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif.
c)
Pelengkap merupakan unsur
kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan
menjadi, seperti contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan.
S P Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua
bangsa.
S P Pel.
d) dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung
di belakang predikat, tetapi kalau
predikat diikuti oleh
objek, pelengkap berada
dibelakang objek, seperti pada contoh berikut.
Pak Ali berdagang buku bekas.
S P Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab.
S P O Pel.
e) pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti
contoh berikut.
Ibu memanggil adik.
S P O
Ibu memanggilnya.
S P O
Pak Samad berdagang rempah.
S P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
f)
satuan bahasa pengisi
pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila
kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut.
Pancasila merupakan dasar negara.
S P Pel.
Dasar negara dirupakan pancasila (?)
5)
Keterangan
Keterangan adalah unsur
kalimat yang memberikan
keterangan kepada seluruh kalimat.
Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam
kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar.
S P
O Ket. Tempat
Ayah menonton TV tadi pagi.
S P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)
umumnya merupakan keterangan
tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
Saya membeli buku.
S
P O
Saya membeli buku di Gramedia.
S P O
Ket. Tempat
b)
keterangan dapat berpindah
tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.
Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati.
S P O Ket. Cara
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu.
Ket. cara S
P O
c)
keterangan diisi oleh
adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat,
seperti contoh berikut.
Rifi datang kemarin.
S P
Ket. Waktu
Ibu berangkat kemarin sore.
S P Ket. waktu
Manaf (2009:51) membedakan keterangan berdasarkan maknanya seperti
dijelaskan berikut.
a)
Keterangan tempat
Keterangan tempat adalah keterangan yang mengandung makna
tempat. Keterangan tempat diawali oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam, seperti contoh berikut.
Ayah pulang dari kantor.
S
P Ket, tempat
Irfan bermain bola di
lapangan.
S
P O Ket. Tempat
b) Keterangan waktu
Keterangan waktu
adalah keterangan yang
mengandung makna waktu. Keterangan waktu diawali oleh preposisi pada,
dalam, se-, sepanjang, selama, sebelum, sesudah.
Selain itu ada
keterangan waktu yang
tidak diawali oleh preposisi, misalnya
sekarang, besok, kemarin,
nanti. Keterangan waktu dalam kalimat
seperti contoh berikut.
Dia akan datang pada hari
ini.
S
P Ket. Waktu
Dia menderita sepanjang
hidupnya.
S
P Ket. waktu
c)
Keterangan alat
Keterangan alat
adalah keterangan yang
mengandung makna alat. Keterangan alat diawali oleh preposisi
dengan dan tanpa. Keterangan alat dalam kalimat seperti contoh berikut.
Ibu menghaluskan bumbu
dengan blender.
S
P O Ket. Alat
Kue itu dibuat tanpa
cetakan.
S
P Ket. alat
d) Keterangan cara
Keterangan cara adalah
keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya, bermakna cara dalam melakukan
kegiatan tertentu. Keterangan cara ditandai oleh preposisi dengan, secara,
dengan cara, dengan jalan, tanpa. Pemakaian keterangan cara dalam kalimat
seperti contoh berikut.
Dia memasuki rumah kosong
itu dengan hati-hati.
S
P O Ket. Cara
Habib mengendarai sepedanya
dengan pelan-pelan.
S P O Ket. cara
e)
Keterangan tujuan
Keterangan tujuan
adalah keterangan yang
dalam hubungan antar unsurnya mengandung makna tujuan.
Keterangan tujuan ditandai oleh
preposisi agar, supaya, untuk,
bagi, demi. Pemakaian
keterangan tujuan dalam kalimat seperti contoh berikut.
Arif giat belajar agar naik
kelas.
S P Ket. Tujuan
Adonan itu diaduk supaya
cepat kembang.
S P Ket. tujuan
f)
Keterangan penyerta
Keterangan penyerta
adalah keterangan yang
berdasarkan relasi antar unsurnya yang membentuk makna
penyerta. Keterangan penyerta ditandai oleh
preposisi dengan, bersama, beserta seperti yang terdapat dibawah ini.
Mahasiswa pergi studi
banding bersama dosen.
S
P Pel Ket. Penyerta
Orang itu pindah bersama
anak isterinya.
S
P Ket. penyerta
g) Keterangan perbandingan
Keterangan perbandingan
adalah keterangan yang
relasi antarunsurnya membentuk makna
perbandingan. Keterangan perbandingan
ditandai oleh preposisi seperti,
bagaikan, laksana, seperti contoh berikut ini.
Dia gelisah seperti cacing
kepanasan.
S
P Ket. Perbandingan
Suara orang itu keras
bagaikan halilintar.
S P
Ket. Perbandingan
h) Keterangan sebab
Keterangan sebab
adalah keterangan yang
relasi antarunsurnya membentuk makna sebab. Keterangan sebab
dtandai oleh konjungtor sebab dan karena, seperti contoh berikut.
Sebagian besar rumah rusak karena gempa.
S P Ket. Sebab
Rakyat semakin menderita karena harga beras semakin naik.
S P Ket. sebab
i)
Keterangan akibat
Keterangan akibat
adalah keterangan yang
relasi antarunsurnya membentuk
makna akibat. Keterangan akibat ditandai
oleh konjungtor sehingga dan akibatnya, seperti contoh berikut ini.
Dia sering berbohong
sehingga temannya tidak percaya kepadanya.
S P Ket. Akibat
Hutan lindung ditebang
akibatnya sering terjadi tanah longsor.
S P Ket. Akibat
j)
Keterangan syarat
Keterangan syarat
adalah keterangan yang
relasi antarunsurnya membentuk makna syarat. Keterangan syarat ditandai
oleh konjungtor jika dan apabila, seperti contoh berikut ini.
Saya akan datang jika dia
mengundang saya.
S
P Ket. Syarat
Jika para pemimpin Indonesia
jujur, rakyat akan sejahtera.
Ket. Syarat S P
k) Keterangan
pengandaian
Keterangan pengandaian adalah
keterangan yang relasi
antarunsurnya membentuk
makna pengandaian. Keterangan
pengandaian ditandai oleh konjungtor andaikata, seandainya dan
andaikan, seperti contoh berikut ini.
Andaikan bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong.
Ket. Pengandaian S P
Seandainya saya orang kaya, saya akan membantu orang miskin.
Ket.
pengandaian S P O
l)
Keterangan atributif
Keterangan atributif
adalah keterangan yang
relasi antarunsurnya membentuk
makna penjelasan dari suatu nomina. Keterangan atibutif ditandai oleh konjungtor yang, seperti contoh
berikut ini.
Mahasiswa yang indeks
prestasinya paling tinggi mendapat beasiswa. Ket. Atributif (S) P O
Bapak yang berbaju hijau itu
adalah dosen saya.
Ket. Atributif (S) P O
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sintaksis adalah
cabang linguistik yang
membahas struktur internal kalimat. Sehingga yang menjadi wilayah kajian
sintaksis adalah struktur internal kalimat yang berupa frasa, klausa, dan
kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif
atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis didalam kalimat. Klausa
adalah sebuah konstruksi
yang di dalamnya
terdapat beberapa kata yang
mengandung unsur predikatif.
Klausa berpotensi menjadi kalimat, hanya saja yang membedakan
klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat
diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi
final. Sedangkan kalimat itu sendiri
adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan
di atas, penulis
menyarankan kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa yang mengambil jurusan PGSD Kelas jenjang S1 untuk
dapat meningkatkan pemahamannya
mengenai sintaksis (tata kalimat Bahasa Indonesia) guna terwujudnya pelaksanaan proses pembelajaran yang baik khususnya pembelajaran
bahasa di Sekolah Dasar. Kami pun
menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab
itu kami menyarankan
kepada para pembaca
untuk tetap terus menggali sumber-sumber
yang menunjang terhadap
pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf,
Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis:
Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Widjono
HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar